"Ini dia!" seru Budi. "Ayo kita masuk."
Dengan hati-hati, mereka memasuki gua. Suasana di dalam gua sangat berbeda, dingin dan lembab. Mereka menyalakan senter dan melangkah perlahan. Setiap langkah terasa seperti petualangan yang mendebarkan.
Setelah beberapa meter, mereka tiba di persimpangan. Ada dua jalan, satu ke kiri dan satu ke kanan.Â
Ani berpikir sejenak, "Pak Hasan bilang, kita harus selalu memilih jalan yang diterangi oleh cahaya alami."
Mereka memilih jalan ke kanan yang tampak lebih terang. Jalan itu membawa mereka ke sebuah ruangan besar yang dipenuhi stalaktit dan stalagmit. Di tengah ruangan itu, ada sebuah kotak tua yang tertutup debu.
"Ini pasti harta karunnya!" seru Rudi dengan gembira.
Budi membuka kotak itu perlahan-lahan. Di dalamnya, bukan emas atau permata, tetapi sebuah buku tua yang kulitnya sudah usang. Ani mengambil buku itu dan membukanya. Ternyata, buku itu penuh dengan catatan dan peta.
"Ini adalah buku catatan petualangan!" kata Ani dengan mata bersinar.
Mereka duduk melingkar dan mulai membaca buku itu. Ternyata, buku itu adalah catatan dari seorang penjelajah yang pernah tinggal di desa mereka bertahun-tahun yang lalu. Buku itu penuh dengan cerita tentang petualangan di hutan, penemuan gua-gua lain, dan peta harta karun.
"Ada lebih banyak gua dan petualangan di hutan ini!" seru Siti dengan semangat.
"Kita harus menemukan semuanya!" jelasnya.