Cerita kopi mengalir dalam gelas,
Sedapnya aroma merayu hati yang lesu,
Menyentuh jiwa yang rapuh terjaga.
Dari puncak gunung, biji kopi merayap,
Menari di bawah sinar mentari merah jingga,
Di kebun yang sunyi, petiklah cerita,
Yang mengalir dari kehidupan setiap tegukan.
Pada setiap seruput, ada detik senja berbisik,
Merayu rindu dalam setiap remang senja,
Seperti kopi, yang mengalir dari bibir gelas,
Meluluhlantakkan getir dalam setiap sudut hati.
Senja terus berlabuh, dalam rindu yang mengalir,
Di balik jendela, kopi menjadi teman sepi,
Menyelami rasa yang terpendam,
Dalam setiap setetesnya yang mendamaikan.
Seperti senja, kopi juga punya cerita,
Dari awal hingga akhir, dari pahit hingga manis,
Mengalir dalam sepi, membasuh kerinduan,
Di tepi senja, dalam canda dan tawa.
Kopi dan senja, dua sahabat tak terpisahkan,
Mengisi ruang hampa dengan makna,
Di setiap tegukan, ada cerita hidup,
Di setiap senja, ada kedamaian yang terpahat.
Tak ada yang lebih indah dari senja dan kopi,
Yang menyatu dalam untaian waktu yang tak terbatas,
Sebuah puisi panjang dari kehidupan yang mengalir,
Di antara rindu dan cinta yang abadi.