Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisi] Di Bawah Naungan Ibu Tercinta

16 Juni 2024   08:33 Diperbarui: 16 Juni 2024   08:38 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu sedang menimang anaknya (sumber: hidayatuna.com)

Di balik senja yang temaram, ada cerita yang terbenam,
Di antara bayang-bayang, ada cinta yang bersemayam.
Di balik senyum teduh, ada luka yang tak terlihat,
Di balik peluk erat, ada doa yang tersirat.

Ibu, engkau adalah langit yang merentang luas,
Memberi naungan tanpa batas, dalam suka dan duka yang membias.
Engkau adalah angin yang berbisik lembut,
Menghapus lelah, memberikan semangat yang berserabut.

Di setiap langkah kecilku yang rapuh,
Engkau ada di sana, menjagaku agar tak jatuh.
Di setiap malam yang sunyi, saat aku terlelap,
Engkau masih terjaga, merajut mimpi dengan penuh harap.

Tanganmu yang kasar, penuh dengan cerita kehidupan,
Mengangkat beban dunia, tanpa keluhan.
Matamu yang lelah, menyimpan lautan air mata,
Namun di dalamnya, selalu ada pancaran bahagia.

Ibu, engkau adalah matahari yang terbit tanpa henti,
Memberi cahaya di setiap hari, meski tak pernah dinanti.
Engkau adalah bulan yang menyinari malam,
Memberi ketenangan, meski di balik kegelapan.

Kisahmu adalah lagu tanpa suara,
Mengalun dalam setiap detik yang kita rasa.
Pengorbananmu adalah bait puisi,
Yang tak pernah habis meski waktu terus berlari.

Dalam diam, engkau menorehkan arti hidup,
Menanamkan cinta dalam jiwa yang belum padu.
Dalam senyum, engkau menyembunyikan duka,
Mengajarkan bahwa cinta tak pernah meminta balas jasa.

Engkau adalah akar yang mengokohkan pohon kehidupan,
Mengalirkan nutrisi cinta tanpa henti, tanpa alasan.
Engkau adalah hujan yang menyuburkan tanah gersang,
Menghidupkan kembali harapan yang hampir hilang.

Ibu, dalam setiap detak jantungku, ada irama kasihmu,
Dalam setiap napasku, ada jejak pengorbananmu.
Engkau adalah pelita dalam gelap, penunjuk jalan dalam sesat,
Engkau adalah pahlawan dalam cerita tanpa akhir yang penat.

Kini, saat senja kembali memeluk bumi,
Aku berjanji, akan selalu menghargai,
Setiap tetes keringat dan air mata yang kau persembahkan,
Setiap detik dan waktu yang kau berikan.

Di balik senja yang temaram, ada cerita yang terus terbenam,
Di antara bayang-bayang, ada cinta yang selalu bersemayam.
Dan dalam setiap langkah hidupku,
Selalu ada namamu, Ibu, yang abadi dalam sanubariku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun