Di sebuah kota metropolitan yang dipenuhi gemerlap lampu neon dan deru kendaraan bermotor, hiduplah seorang pemuda bernama Adi.
Adi terlahir dan dibesarkan di tengah gemerlapnya kota, Adi tetap memegang teguh nilai-nilai budaya Jawa yang turun-temurun dari leluhurnya.
Setiap pagi sebelum memulai aktivitasnya, Adi selalu meluangkan waktu untuk melakukan ritual kecil. Ia membakar dupa di depan sebuah mini-altar yang berisi gambar leluhur keluarganya.Â
Adi membaca mantra-mantra kuno yang diajarkan oleh kakeknya. Baginya, menjaga keharmonisan dengan alam dan leluhur adalah sebuah keharusan.
Meskipun bekerja di sebuah perusahaan teknologi yang modern, Adi tetap memilih untuk menggunakan pakaian tradisional Jawa setiap hari.Â
Kemeja batik dan celana lungsur panjang menjadi pilihannya, meskipun rekan-rekannya mungkin terkesan aneh dengan gaya berbusananya.
Ketika hari libur tiba, Adi sering mengunjungi desa kelahirannya. Di sana ia merasa seperti kembali ke akarnya.Â
Adi menghabiskan waktu bersama keluarga dan tetangga, mendengarkan cerita-cerita tentang kehidupan zaman dulu yang masih dipegang teguh oleh mereka.
Suatu hari, ketika sedang dalam perjalanan pulang dari desa, Adi bertemu dengan seorang anak kecil yang tersesat di tengah hutan. Tanpa ragu Adi membantu anak tersebut menemukan jalan pulang. Sebagai ungkapan terima kasih, orang tua anak itu mengundang Adi ke rumah mereka.
Ternyata, keluarga anak tersebut adalah keluarga yang sangat menjaga tradisi Jawa. Mereka mengundang Adi untuk tinggal bersama mereka selama beberapa hari.Â
Selama di sana, Adi belajar banyak tentang kehidupan pedesaan dan kebudayaan Jawa yang lebih dalam.