Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

TAPERA! Peluang Korupsi Baru atau Kebijakan Efektif untuk Rakyat?

5 Juni 2024   15:52 Diperbarui: 5 Juni 2024   15:52 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepanjangan TAPERA (sumber: rm.id)

Presiden Partai Buruh dan Presiden KSPI, Said Iqbal, menyampaikan hal tersebut secara resmi pada Rabu, 5 Juni 2024. 

Aksi tersebut dijadwalkan dimulai pukul 10.00 WIB di depan Balaikota, kemudian peserta akan bergerak menuju Istana Kepresidenan melalui kawasan Patung Kuda.

Said Iqbal menyatakan bahwa demonstrasi tersebut dilakukan karena kebijakan Tapera dianggap merugikan dan memberatkan pekerja dengan pembayaran iuran. 

Meskipun pekerja membayar iuran selama 10 hingga 20 tahun, mereka tetap tidak memiliki jaminan untuk memiliki rumah. 

Said juga mengkritik Pemerintah karena tidak bertanggung jawab dalam menyediakan perumahan, hanya mengumpulkan iuran tanpa mengalokasikan dana dari APBN atau APBD. 

Dia juga menyoroti risiko korupsi dana Tapera serta ketidakjelasan dan kompleksitas dalam pencairan dana.

"Aliran dan yang kurang jelas rawan akan tindak korupsi," jelas Said Iqbal.

Ketakutan masyarakat tentu sangat beralasan. Korupsi di Indonesia masih besar karena faktor-faktor kompleks seperti lemahnya penegakan hukum, kurangnya transparansi dalam pemerintahan, budaya toleransi terhadap praktik korupsi, dan kurangnya kesadaran akan dampak negatifnya pada masyarakat.

Mulai dari kasus korupsi Asabri, Surya Darmadi, Jiwasraya, E-KTP, dan yang terbaru korupsi komoditas timah oleh suami Sandra Dewi.

Korupsi merupakan masalah yang memerlukan upaya berkelanjutan dari berbagai pihak untuk mengatasinya. 

Sayangnya sampai saat ini korupsi seakan sudah mendarah daging dan sudah membudaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun