Kebakaran yang dahsyat yang terjadi di kawasan Wisata Gunung Bromo telah menjadi perbincangan utama publik selama lebih dari satu minggu yang lalu.Â
Kejadian kebakaran di Bukit Teletubbies, Bromo terjadi pada tanggal 6 September yang lalu. Api yang berasal dari flare yang digunakan dalam proses prewedding tumbuh besar dan merusak setidaknya 500 hektar lahan di wilayah Gunung Bromo.
Upaya pemadam kebakaran mengalami kesulitan dalam memadamkan api yang terus membesar dan menyebar ke berbagai titik.Â
Kebakaran hebat ini juga mengakibatkan flora terbakar dan mengganggu suplai air bersih ke enam desa di Kecamatan Sukapura.
Kebakaran di Bromo telah memicu kekecewaan banyak orang, terutama karena Gunung Bromo adalah salah satu destinasi favorit bagi masyarakat dan turis asing di Jawa Timur. Tempat ini juga sering menjadi lokasi pendakian gunung dan upacara peringatan HUT RI.
Setelah kebakaran, Gunung Bromo yang sebelumnya hijau dan indah kini terlihat gersang dan tertutup abu, seperti yang terlihat dalam unggahan media sosial.Â
Negara juga telah mengeluarkan dana yang signifikan, diperkirakan lebih dari Rp1,2 miliar, untuk menyewa water bombing seharga Rp150 juta per jam. Biaya penyewaan tersebut lebih tinggi karena beberapa water bombing dilakukan menggunakan helikopter Super Puma.
Penasihat hukum lima saksi dan seorang tersangka kebakaran Gunung Bromo akibat flare prewedding membantah bahwa kliennya hanya bersantai dan tidak berbuat apa-apa ketika api mulai berkobar.Â
Mereka mengklaim bahwa klien mereka segera mengambil lima botol air untuk mencoba memadamkan api.
Pernyataan ini disampaikan oleh penasihat hukum mereka, yaitu Mustaji. Menurut Mustaji, klien mereka segera mengambil air yang sudah ada di dalam mobil saat mereka melihat asap.
"Klien-klien kami dengan cepat mengambil botol-botol berisi air yang telah mereka bawa di dalam mobil. Mereka mengambil sekitar lima botol besar ketika melihat asap," kata Mustaji saat diwawancarai di Polres Probolinggo pada Kamis (14/9/2023).