perang Rusia-Ukraina berlangsung. Terhitung sejak Februari 2020 lalu. Perseteruan dua negara itu bermula saat Presiden Ukraina, Volodymr Zelensky menyatakan keinginannya untuk bergabung bersama organisasi Pakta Warsawa, atau yang biasa dikenal dengan sebutan NATO.
Sudah dua tahun lebih konflikRencana Zelensky untuk gabung NATO direspon cepat oleh negara tetangganya, Rusia. Presiden Putin meminta Zelensky untuk mengurungkan niatnya untuk bergabung dengan NATO, sebab dapat mengganggu keamanan daerah Balkan, atau negara-negara pecahan Uni Soviet dulu.
Seperti yang diketahui, NATO sendiri dipimpin oleh Amerika Serikat bersama negara-negara Eropa yang mendukung dibelakangnnya, yang mana jika Ukraina bergabung, maka NATO akan mendirikan pangkalan militer di sekitar perbatasan Rusia. Tentu Presiden Putin tidak ingin hal itu terjadi.
Nahas, permintaan Presiden Putin tidak diidahkan oleh Zelensky, maka dari itu Putin mengutus tentara Rusia untuk mengadakan operasi militer ke Ukraina sebagai bentuk peringatan agar tidak bergabung dengan NATO.
Zelensky yang bersikukuh untuk bergabung NATO dan meminta bantuan Joe Biden membuat Putin terus menggempur sejumlah kota di Ukraina hingga sekarang ini. Tidak terhitung berapa jumlah korban tentara maupun warga sipil dari kedua negara.
Presiden Putin pada akhirnya ingin membuka kesempatan bernegoisiasi dengan Zelensky untuk mengakhiri konflik perang.
"Presiden Putin siap membuka peluang negoisasi, namun Ukraina menolak," tulis dalam berita tersebut, Senin (26/12/22).
Ditempat lain, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden malah berencana kirim bantuan militer pada Ukraina berupa rudal patriot pertahanan canggih yang digunakan untuk melindungi wilayah dari serangan luar.
Sistem ini menggunakan radar yang kuat dan memiliki jangkauan sekitar 93 mil, serta dapat mencegat rudal yang akan masuk wilayah pertahanan.
Presiden Putin menganggap hal tersebut sebagai tindakan provokatif dan adu domba dari Amerika agar tidak terjadi kesepakatan damai dari Ukraina maupun Rusia. Putin berjanji akan menghancurkan sistem pertahanan tersebut jika Amerika Serikat benar-benar mengirimnya.
"Tentu saja kami akan mengklik, 100 persen," ujar Putin dilansir dari media pemberitaan TASS, Senin (26/12/22).