Tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang sudah terjadi beberapa pekan yang lalu, meski begitu duka para korban masih dirasakan hingga saat ini.
Kerusuhan yang bermula setelah pertandingan Liga 1 Indonesia, mempertemukan Arema Malang melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu 1 Oktober 2022 lalu, dimana saat itu tim tuan rumah harus mengakui keunggulan tim tamu dengan skor 2-3.
Kekalahan yang dialami Arema dikandang sendiri membuat para suporter kecewa. Setelah pertandingan selesai, secara tiba-tiba sebagian suporter menerobos menuju tengah lapangan. Situasi semakin kacau saat aksi sebagian suporter tersebut diikuti oleh suporter lainnya.
Pasukan keamanan yang kewalahan pun menyemprotkan gas air mata ke arah suporter, alih-alih bubar, kondisi semakin kacau ketika para suporter yang terkena gas air mata banyak yang pingsan dan tergeletak tak sadarkan diri.
Insiden desak-desakan antar penonton karena panik terkena semprotam gas air mata diduga menjadi pemicu utama banyaknya kematian suporter Arema.
Setelah 25 hari berlalu, pemutusan siapa pihak yang bersalah sampai saat ini masih belum menemui kejelasan. Meski begitu sebagian besar warganet menilai bahwa kerusuhan tersebut bukanlah salah dari satu pihak, namun banyak pihak, seperti pasukan keamanan, PSSI, Panpel Arema, dan suporter itu sendiri.
Dalam penyidikan lebih lanjut pun ditemukan berbagai kejanggalan, seperti penggunaan gas air mata, yang mana seharusnya tidak diperbolehkan oleh FIFA, malah digunakan dan ada juga yang sudah kadaluwarsa, kurangnya sarana dan prasarana, seperti tempat duduk penonton, tidak dilengkapinya Panitia Penyelenggara dengan alat komunikasi yang baik, serta pintu darurat yang tidak bisa diakses ketika terjadi kerusuhan.Â
Belum lagi adanya penumpukan jumlah suporter yang melebihi kapasitas stadion, yang harusnya hanya 32.000 penonton, menumpuk hingga 40.000 penonton saat hari kejadian.
Tercatat 134 orang harus meregang nyawa akibat insiden di Stadion Kanjuruhan tersebut, korban terdiri dari anak kecil, remaja, dewasa, hingga orang tua.
FIFA sampai turun tangan dan berkomitmen untuk membenahi sepak bola yang ada di Indonesia.
"Kami bersepakat untuk melakukan transformasi sepakbola Indonesia secara menyeluruh. Memastikan semua aspek pertandingan berjalan sesuai standar keamanan yang ditetapkan FIFA," ujar Gianni dalam pidatonya di Istana Merdeka, Selasa (18/10/22) lalu.