Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

17 Agustus, Ratu Belanda hingga Lomba Panjat Pinang yang Sarat Nilai Sejarah

17 Agustus 2022   09:10 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:11 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seseorang berhasil meraih puncak pada lomba panjat pinang dengan bendera Indonesia (sumber: detik.com)

Gambaran wajah Ratu Wilhelmina (sumber: tirto.id)
Gambaran wajah Ratu Wilhelmina (sumber: tirto.id)
Ratu Belanda tersebut bernama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau lahir pada 31 Agustus 1880 di Den Haag, Belanda. Wilhelmina naik takhta pada tahun 1890 saat usianya baru 10 tahun. Tahta tersebut ia dapat seusai ayahnya, Raja Willem 3 meninggal pada 23 November 1890.

Perlu diketahui, Ratu Wilhemina inilah seseorang yang mencetuskan dan menerapkan "politik etis" atau politik balas budi saat Belanda menduduki Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Pada akhirnya, politik inilah yang menghantarkan Belanda dalam kehancuran mereka sendiri, sebab dari politik ini, banyak rakyat Indonesia yang sukses mengenyam pendidikan tinggi yang berhasil menghasilkan pemikiran-pemikiran kritis maju, dimana merupakan akar adanya pergerakan nasional untuk melawan Belanda.

Kembali ke lomba, dahulu panjat pinang menggunakan bahasa Belanda "de klimmast" yang artinya memanjat tiang. Hadiah lomba panjat pinang pada saat itu yaitu kebutuhan pangan sehari-hari, seperti beras, gandum, umbi-umbian, roti, gula, dan tepung. Hadiah-hadiah tersebut saat itu dipandang sudah sangat mewah dan langka.

Meski panjat pinang dikenalkan oleh Belanda, nyatanya orang Belanda tidak ikut berlomba, yang mengikuti lomba hanya orang-orang pribumi. Orang-orang Belanda hanya mengerumuni dan melihat.

Mereka menganggap apa yang dilakukan oleh orang-orang pribumi dengan memanjat batang tersebut merupakan suatu lelucon, hiburan yang membuat tertawa mereka. Jelas orang-orang Belanda saat itu tidak ingin ikut, apalagi kotor-kotoran ditengah kubangan lumpur.

Panjat pinang pada zaman dahulu merupakan simbol penindasan bagi rakyat Indonesia, dimana kita yang sedang berjuang mati-matian ditengah kesengsaraan ditertawakan oleh pihak Belanda.

Hal yang dapat kita ambil dari sejarah diatas yaitu ada hikmah dibalik kesusahan, artinya meski zaman dahulu rakyat Indonesia hidup dalam kesusahan, nyatanya ada ilmu atau hal baru yang dapat kita ambil hingga saat ini, salah satunya lomba panjat pinang.

Saat ini, lomba panjat pinang merupakan simbol persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia dalam meraih kesuksesan dengan bergotong-royong serta kerjasama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun