Belakangan ini di Kota Jogja sedang marak terjadi tindak kriminalitas dijalanan. Warga setempat menyebutnya "klitih". Layaknya begal, keberadaan klitih membuat masyarakat Jogja menjadi resah ketika akan keluar rumah pada malam hari.
Baru-baru ini klitih kembali menjadi perbincangan oleh warganet, imbas dari kasus kematian seorang remaja berusia 17 tahun asal SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, bernama Daffa Adzin Albashith yang diduga tewas dianiaya kelompok klitih, Minggu (03/04/22) dini hari.
Kebanyakan dari pelaku masih tergolong remaja dibawah umur. Bersenjatakan celurit, pisau lipat, golok, serta katana, para pemuda ini kerap beroperasi pada malam hari menyasar tempat dan jalanan yang sepi.
Motif penyerangannya pun beragam, ada yang dendam antar geng, saling mengolok-olok, himpitan ekonomi, sampai rasa ingin dianggap hebat. Alasan-alasan tersebutlah yang kerap digunakan para klitih dalam melakukan penyerangan.
Berita ini pun langsung heboh di media sosial, khususnya twitter. Kejadian tersebut mengundang beragam komentar bernada kecaman dari warganet.
Disisi lain, masyarakat Jogja yang sudah kesal, meminta polisi dan seluruh aparat keamanan agar secepatnya menangkap pelaku dan menghukum dengan seberat-beratnya, supaya dapat memberi efek jera bagi pelaku.
Serentetan tindak kejahatan klitih yang terjadi, secara tidak langsung akan berdampak pada grafik kunjungan wisatawan kedepannya, yang mana jelas membuat calon pelancong berpikir dua kali untuk berkunjung ke Jogja.
Tidak hanya itu, Jogja yang dikenal luas sebagai kota pelajar dengan kampus ternama seperti Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), serta UIN Kalijaga pun nampaknya akan mulai ditinggalkan, kriminalitas yang belakangan yang terjadi membuat para pelajar, khususnya mahasiswa tidak menempatkan lagi Jogja dipilihan pertama.
Sementara itu, kekhawatiran pun muncul dari para orangtua terhadap anak-anak nya yang menempuh pendidikan di Jogja, khususnya mahasiswa perantauan. Akibatnya para orang tua akan meminta pihak kampus atau sekolah untuk menunda kegiatan belajar tatap muka dan memilih belajar daring dari rumah, supaya aman dari tindak kejahatan.
Hal semacam ini tentu diluar kekuasaan dan kehendak kita sebagai masyarakat. Peran penting dari para orang tua lah yang menjadi faktor utama.Â