Viktor Axelsen berhasil mengukir sejarah di Olimpiade Tokyo kali ini. Ia berhasil menyabet medali emas setelah mengalahkan wakil China, Cheng Long di partai final bulu tangkis tunggal putra pada Senin (02/08/21) dua set langsung, (21-15, 21-12).
Pencapaian ini sekaligus mengakhiri puasa medali emas Denmark di ajang Olimpiade, khususnya pada cabor bulu tangkis tunggal putra. Denmark terakhir kali memperoleh medali emas pada Olimpiade Atlanta 1996. Kala itu, Poul Erik Larsen berhasil mengalahkan wakil China, Dong Jiong di partai final bulu tangkis tunggal putra.
Dominasi China
Dengan kemenangan ini, Viktor Axelsen berhasil mematahkan dominasi wakil China di Olimpiade dalam 1 dekade terakhir. China sendiri sukses merebut emas dalam 3 Olimpiade terakhir.
Pertama, pada Olimpiade Beijing 2008 oleh Lin Dan, kemudian Olimpiade London 2012 Lin Dan kembali mempertahankan gelar, terakhir pada Olimpiade 2016 diraih Cheng Long, dalam waktu yang sama, Axelsen menjadi juara 3 dan meraih perunggu.
Saat Lin Dan masih berkiprah di bulu tangkis, langkahnya sangat sulit terhenti, semua lawan dikalahkan olehnya, Lee Chong Wee, Cheng Long, Taufik Hidayat pun pernah dikandaskan olehnya. Ia menjadi atlet bulu tangkis dunia paling lama mempertahankan rangking 1 dunia.
Saat masih ada Lin Dan (China), Lee Chong Wee (Malaysia), Taufik Hidayat (Indonesia), dan Cheng Long (China), Viktor Axelsen mengalami kesulitan untuk bisa menembus 3 besar dalam kejuaraan bulu tangkis dunia. Ia kerap kali di kalah kan oleh mereka.
Namun, sekarang sudah berbeda, Lin Dan, Lee Chong Wee, Taufik Hidayat sudah pensiun dari dunia bulu tangkis. Hal ini pun memudahkan langkah Viktor Axelsen untuk merangsek ke 3 besar bulu tangkis dunia, terbukti sekarang, ia kini menduduki peringkat 2 dunia tunggal putra, satu tingkat dibawah Kento Momota asal Jepang.
Kini Viktor Axelsen bersaing dengan para atlet muda lain, seperti Kento Momota, Anders Antonsen, Anthony Ginting, dan Cheng Long.
Viktor Axelsen menjadi satu-satunya wakil Eropa yang dapat melaju sejauh ini, sementara teman satu sparing, Anders Antonsen harus mengubur mimpinya meraih medali setelah kalah di perempat final melawan wakil Indonesia, Anthony Ginting dalam rubber game.
Tersingkirnya Kento Momota agaknya menguntungkan Axelsen, sebab Kento Momota lah yang selalu menjegal Axelsen untuk menempati rangking 1 dunia, rekor pertemuannya pun terbilang sangat tidak memihak, dari 12 pertemuan, Axelsen hanya mampu menang 1 kali.