Korona atau yang kita kenal sebagai covid-19 adalah virus yang sudah ada sejak Desember 2019. Pada awalnnya taka da yang dapat memprediksi bagaimana virus tersebut sehingga kita larut akan kata “aman” sehingga kita tak mampu sedia payung sebelum hujan dan kelabakan. Sejak Maret 2020 hingga sekarang, belum ada tanda-tanda korona akan berkurang atau hilang khususnya di tanah pertiwi. Ibarat lirik lagu “kini Ibu sedang susah, merintih dan berdoa”, kalimat yang menggambarkan kita hingga kini yang tak kunjung usai. Seberarnya apa solusi dari semua ini:
1.Meskipun awalnya, “payung” itu sedikit telat, bukan berarti kita menyerah.
Statistik korona di Indonesia hingga sekarang, bahkan di Desember 2020 hingga sekarang sangat mengkhawatirkan, atau yang bisa kita rata-ratakan sehari konfirmasi positif rata-rata 5000-7000 kasus. Celakanya, kemarin rekor kasus kembali pecah yaitu perhari sebesar 10.617 kasus sehingga kasus di Indonesia sebesar 808.340. Hal ini sungguh ironis bahkan Indonesia masuk ke dalam 20 besar kasus terbesar di dunia di bawah Belanda. Korona dihadapi oleh seluruh dunia, bukan berarti kita larut akan keadaan. Cukup kemarin awal korona kita belum sedia payung, kita bisa menjadi role model ketika pemerintah dan masyarakat selalu sadar menerapkan 3 M (mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan) tanpa ada yang mengawasi.
2. Vaksin apakah sebuah harapan?
Akhir Desember 2020, vaksin telah tiba di Indonesia dan 14 Januari jika BPOM merestui, tenaga kesehatan direncanakan divaksin sebagai langkah awal vaksinasi. Mulai muncul pertanyaan, apakah vaksin tanpa ada efek samping? Ketika vaksin aman dan tanpa efek samping, apakah kita akan selalu aman dari korona bak vaksin polio? Solusi menjaga kebersihan adalah yang terbaik, korona mengajarkan kita untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan, tidak ada salahnya kita selalu menerapkan 3 M meskipun telah divaksin karena menjaga kebersihan dan kesehatan adalah sebagian dari iman dan untuk kesehatan kita juga bukan karena korona.
3. Adaptasi good practice lockdown dari Provinsi Hubei
Bak berakit-rakit dahulu berenang kemudian, adalah kalimat yang cocok menggambarkan di Hubei. Fang (2020) menggambarkan apa yang dilakukan pemerintah di Hubei sehingga kini disana Hubei dapat menurunkan secara drastic kasus korona disana. Yang mereka lakukan ialah:
- Pemerintah pusat dan daerah satu pemikiran dan menghilangkan egosentris dalam kebijakan menurunkan korona, dimulai dari membangun secara cepat selama 10 hari rumah sakit mewah dan besar disana sebagai pusat pengobatan yang jauh dari pemukiman. Selain itu, koordinasi yang apik menjadikan mereka sukses dalam memberikan ide dan gagasan menurunkan korona.
- Memiliki sistem kesehatan yang ketat dan peduli terhadap rakyatnya dengan secara tegas mengatur rakyatnya untuk selalu di rumah namun tanggap memberikan wadah masukan masyarakat untuk memberikan masukan-masukan dan dipantau secara aktif terhadap kesehatan mereka.
- Membangun mindset, mental, dan kebersamaan
- Banyak kejadian viral yang kita dengar selama ini di China saling memberikan semangat dengan teriakan dan nyanyian kepada sesama. Mereka memiliki mindset yang melekat akan kebersamaan untuk menghilangkan korona dan mentaati semua yang menjadi kebijakan disana.
- Sistem insentif dan jaminan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah lokal
- Di Hubei memiliki sisten insentif yang kuat dan komitmen kepada rakyatnya khususnya yang sedang diisolasi. Disana sistem insentif juga dijalankan dengan sistem pelaporan insentif yang ketat sehingga terhindar akan penyelewengan. Hal ini sangat baik untuk diadaptasi di Indonesia dengan memperhatikan value dan sistem yang ada di Indonesia.
Pemerintah telah semaksimal mungkin untuk menurunkan kasus korona di negeri kita tercinta ini, taka da salahnya kita sekali sakit namun baik untuk seterusnya bak “berakit kehulu renang ketepian”, adaptasi lockdown ala China dengan value Indonesia, membangun semangat optimis dan patuh dari masyarakat bisa menjadi alternatif dalam menurunkan korona. Ingat adaptasi bukan adopsi. Kita bisa!
Daftar Pustaka