“Yah kok begini ya, kok hasilnya begitu ya?, kenapa begini”, kalimat tersebut tidak asing di telinga kita maupun di lisan kita. Ketika kita berharap sesuatu dan tidak terjadi tentunya kita akan menganggap itu sebagai sebuah masalah. Masalah merupakan suatu keadaan atau adanya gap antara ekspektasi dengan sebuah kenyataan. Masalah ini akan selalu ada ketika kita menjalani kehidupan karena sejatinya kita hidup akan pasti menghadapi masalah.
Yang menjadi persoalannya ialah bagaimana kita menghadapi sebuah masalah itu, apakah dipendam, atau dibicarakan, atau dibiarkan begitu saja, atau diselesaikan? Tidak jarang juga insan frustasi bahkan menyelesaikannya dengan cara yang tidak baik bahkan tidak sesuai dengan akal sehat seperti menjurus ke arah kriminal dan bunuh diri. Masalah harus diselesaikan karena tak jarang masalah dapat menjalar menjadi konflik jika masalah ini menyangkut lebih dari satu pihak. Setiap insan pasti memiliki caranya masing-masing dalam menghadapi masalah salah satunya ialah dengan berbicara, diskusi, atau berkomunikasi.
Komunikasi merupakan sebuah kata yang tak jarang kita dengar. Komunikasi ini dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi verbal yang merupakan komunikasi dua arah baik secara langsung seperti tatap langsung, telepon, dsb dan yang kedua ialah komunikasi non verbal yang merupakan komunikasi secara tidak langsung yang melibatkan sebuah media yaitu melalui surat menyurat baik tradisional seperti surat menyurat maupun melalui elektronik seperti melalui aplikasi.
Komunikasi verbal diwakili oleh pengetahuan Tacit yang di dalamnya terdapat pengetahuan internal yang tidak bisa dijelaskan oleh tulisan karena adanya transfer knowledge secara langsung, sedangkan komunikasi non verbal diwakili oleh pengetahuan explicit yaitu menutupi kekurangan dari pengetahuan Tacit yang pengetahuan tersebut didokumentasi dan tidak secara langsung. Baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal keduanya saling melengkapi yang tujuannya ialah menyelesaikan sebuah masalah.
Banyaknya permasalahan yang didahului oleh kesalahan dalam berkomunikasi misalkan kasus perkelahian, perceraian, bahkan dalam lingkup organisasi yang begitu luas. Pentingnya komunikasi ini dijadikan kurikulum dan dipelajari baik di pendidikan formal seperti pada mata kuliah dan jurusan Ilmu Komunikasi, maupun pendidikan non formal seperti pelatiah komunikasi. Komunikasi ini dijadikan sebagai fondasi dalam ilmu baik ilmu eksakta maupun ilmu sosial khususnya seperti ilmu kedokteran, psikologi, ilmu administrasi, dan sebagainya.
Komunikasi dipelajari di dunia pendidikan digunakan untuk menyelesaikan masalah baik dirinya maupun untuk khalayak. Selain itu, komunikasi berfungsi untuk kehidupan seperti menyambung tali silaturahim, wadah penyampai informasi, media pererat kasing sayang. Dornyei dan Scott (1997) menyampaikan pentingnya komunikasi yang intens adalah sebagai sumber daya penting yang digunakan sebagai bahasa sistematis untuk memecahkan sebuah fenomena dan permasalahan.
Lebih lanjut Batliner dan Fischer (2003) menyampaikan komunikasi ini sebagai sarana dalam mendekatkan manusia melalui emosional. Komunikasi sebagai wadah dalam saling melengkapi kekurangan seseorang yang disebabkan manusia ialah makhluk sosial yang saling membutuhkan yaitu setiap manusia memiliki keterbatasan akan adanya pengetahuan dan pengalaman yang nantinya akan menjadi sebuah kekuatan yang besar dalam menyelesaikan masalah dengan komunikasi.
Dari karakteristik masalah dan komunikasi dapat kita lihat adanya titik tengah yaitu komunikasi yang efektif dan dua arah adalah wadah efektif dalam menyelesaikan masalah. Perbedaan gap realita dan ekspektasi salah satu disebabkan adanya perbedaan pengalaman dan pengetahuan dapat diselesaikan dengan adanya komunikasi sebagai knowledge sharing yang menjadi kekuatan dalam menyelesaikan masalah. Selanjutnya, pendekatan komunikasi yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah ialah menggunakan pendekatan:
1.Pendekatan aktor atau subjek
Setiap manusia memiliki value yang dibawa masing-masing. Dalam hal ini penting untuk dipelajari apa saja value dan karakter masing-masing komunikan. Misalnya lawan komunikasi kita ialah ambisius, maka kita berkomunasi dengannya jangan mematahkan semangat melainkan saling memotivasi. Ketika masing-masing pihak merasa dihargai value yang dibawanya maka merupakan langkah awal dalam terciptanya komunikasi dua arah yang dapat menyelesaikan masalah.