Mohon tunggu...
Andri Pratama Saputra
Andri Pratama Saputra Mohon Tunggu... Bankir - Seorang yang ingin selalu belajar dan saling berbagi pengetahuan

Seorang yang ingin selalu belajar dan saling berbagi pengetahuan #RI #BudayaReview

Selanjutnya

Tutup

Gadget

3T Sukses di Era Disruptif Digital: Maju atau Tidak Sama Sekali

29 Desember 2020   23:22 Diperbarui: 30 Desember 2020   00:32 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.Ilustrasi Meraih Kesuksesan (hai.grid.id)

Transformasi digital adalah salah satu proses teknologi yang besar dan berkaitan dalam semua aspek kehidupan kita sehari-hari. Tahap transformasi digital membuka semua jenis inovasi dan kreativitas baru dan mengembangkan metode tradisional. 

Dalam arti sempit, transformasi digital merupakan konsep paperless dan mempengaruhi seluruh segmen baik perseorangan ataupun seluruh masyarakat seperti sektor pemerintah, masyarakat, swasta, pendidikan termasuk di instansi swasta. 

Dengan adanya transformasi tersebut tentunya tidak hanya mengubah daya pikir seluruh sektor melainkan mempengaruhi proses dan prosedur kerja masing-masing.  

Transformasi digital merevolusi sendi kehidupan masyarakat di segala sektor baik sektor pemerintah maupun swasta termasuk aspek keuangan. Menurut Mahmood (2019:231) transformasi tak terlepas dari digitalisasi yang merupakan proses otomatisasi kerja manual berbasis kertas ke format digital. 

Royyana (2018) menambahkan Transformasi digital juga didefinisikan sebagai penggunaan teknologi yang secara radikal meningkatkan kinerja atau pencapaian tujuan perusahaan 4, transformasi digital membawa serta banyak tantangan bahwa organisasi harus mempertimbangkan lebih hati-hati dari sebelumnya. mengakibatkan kita semua harus melek teknologi khususnya penggunaan internet tepat guna, hal ini mengakibatkan semua orang harus berinovasi baik dari sisi proses, cara, maupun hasil.

Transformasi digital yang menyebabkan seseorang tak terlepas dari internet yang berimplikasi terhadap banyaknya disruptif di semua sektor, hal tersebut menuntut kita untuk selalu berubah setiap saat dalam rangka mengantisipasi disruptif tersebut yang tentunya mengganggu kinerja kita. Christensen (1997) mengemukakan bahwa perusahaan akan terdisrup ketika suatu perusahaan ragu dalam mengembangkan inovasi baru yang mendobrak, dikarenakan perusahaan tersebut masih menikmati keuntungan dari inovasi yang telah mereka lahirkan di masa lampau. 

Banyaknya perusahaan yang terdisrup misalkan Hard Disk berbentuk Disk Drive yang tergantikan oleh Flash Disk bahkan teknologi penyimpanan digital, nokia yang terdisrup oleh smartphone lainnya, laptop Toshiba yang terdisrup oleh laptop lainnya, ojek yang terdisrup oleh ojek online, semua ini tak terlepas dari adaya era disruptif transformasi digital khususnya penggunaan internet di semua aspek kehidupan. Hal yang dapat kita ambil ialah setiap kita melakukan sesuatu di era internet ini tentunya harus dipikirkan secara matang dalam perencanaan agar memiliki hasil dan jangan setengah-setengah.

Ada banyak faktor pendukung yang menjadikan transformasi digital ini penting untuk diperhatikan, yaitu: a)perubahan pemetaan kompetisi atau daya saing, b)perubahan aturan, c)pergeseran dari industri menjadi digital, d)perubahan ekspektasi dan perilaku konsumen, dan e)peluang bisnis yang besar. 

Gimpel dan Hosseini (2018) menambahkan faktor pendukung tersebut akan bisa dijawab dengan adanya strategi digital yang matang. Ada beberapa jurus 3T jitu dalam menangkap faktor pendukung tersebut yang berimplikasi terhadap kesuksesan kita dalam menghadapi era internet ini khususnya di era disruptif yaitu:

1. Tertanam digital value 

Transformasi digital bukan hanya bicara tentang strategi melainkan memiliki nilai yang tertanam dalam menangkap peluang. Digital value berfokus untuk memastikan kita merealisasikan keuntungan dari transformasi digital. Nambisan, Wright, dan Feldman (2019) berpendapat bahwa hal yang pertama harus tertanam ke dalam diri ialah bagaimana membangun nilai nilai digital nilai bersaing, cerdik, dan pantang menyerah. Bersaing dan cerdik dalam konteks ini ialah cerdik dalam memanfaatkan peluang, melihat pesaing, dan memaksimalkan kapabilitas yang nantinya membuat kita siap dalam menghadapi dan mendisrup pesaing.

2. Tercipta First Step yang Efektif

Langkah awal merupakann hal yang penting untuk keberlanjutan langkah berikutnya. Langkah awal yang diawali oleh penetapan visi, misi, dan perencanaan baik dari individu maupun kelompok. Kegagalan yang pertama bukan berasal dari bagaimana aksi yang dicapai melainkan disebabkan karena kegagalan dalam menciptakan visi, misi, dan perencanaan yang tidak baik. Selain itu, harus dilakukan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threat). Strengths berarti melihat kekuatan sendiri dan mampu mengoptimalkannya, Weakness berarti melihat kelemahan dan mampu mengantisipasi kelemahan tersebut, Opportunities berarti mampu melihat dan mengoptimalkan peluang yang ada, dan Threat yang berarti mampu mengantisipasi ancaman dengan membuat alternatif tindakan yang akan menghambat pekerjaan dan kegiatan.

3. Tertanam jiwa inovasi dan jiwa kewirausahaan

Inovasi tak terlepas dari penglihatan daya jauh seseorang dalam menangkan peluang dengan selalu mengembangkan produknya. Dalam berinovasi dibutuhkan masukan dari orang yang berjiwa kewirausahaan dan bersifat dinamis. "If you never change you'll die" yang menunjukkan di era ini kita harus berinovasi agar kita terus berkembang, ketika kita akan menggeluti suatu usaha atau aktivitas maka kita harus memiliki jiwa yang bulat terkait perencanaan inovasi yang matang. Jiwa  move on dari cara lama untuk menghadapi masalah baru meskipun hal tersebut masih memiliki benefit. Seseorang yang memiliki jiwa inovasi dan kewirausahaan ini akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

         a.Memiliki jiwa keterbukaan

  • Bagaimana seseorang memiliki motivasi dan tujuan yang jelas yaitu keterbukaan akan adanya inovasi baru dilingkungannya yang dapat diimplementasikan baik di level individu maupun kelompok. Sekarang adalah eranya kolaborasi bukan individu. Seseorang yang memiliki jiwa keterbukaan akan terbuka untuk berkolaborasi dan berkreasi lintas individu maupun kelompok dan saling sharing value sehingga menjadi sebuah kekuatan ide, pemikiran, dan aksi untuk kemajuan bersama. Contohnya merger antar perusahaan gojek dan gopay, merger bank, kerja sama antar individu di lintas instansi.

        b. Memiliki affordances yang kuat

  • Affordance yang kuat ialah aksi nyata yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai kesuksesan dalam era digital.  Selain itu, langkah alternatif harus diterapkan dalam rangka menghadapi goncangan disruptif dan hambatan dalam perencanaan. Langkah awal tersebut harus diperhatikan bagaimana alternatif dan rencana B ketika mulai adanya goncangan disruptif dan hambatan ketika mulai mengimplementasikan ide-ide untuk mencapai kesuksesan. Misalkan ketika kita ingin membuka usaha di bidang jasa tertentu, maka pasang surut akan selalu dialami, hal tersebut adalah tantangan tersendiri dengan selalu berusaha dan memiliki alternatif alternatif.

       c.Memiliki generativitas

  • Seseorang yang memiliki generativitas adalah seseorang yang memiliki penglihatan ke depan akan adanya peluang, keberlanjutan, dan dampak aktivitasnya terhadap lingkungan. Dalam era internet khususnya digital ini, kemampuan generativitas ini sangat diperlukan khususnya dalam menjaga keberlangsungan aktivitas dengan menggunakan analisis SWOT dan pohon masalah dalam menyelesaikan masalah yang tidak mengganggu lingkungan atau orang lain. Kita juga harus move on dari cara lama untuk menghadapi masalah baru meskipun hal tersebut masih memiliki benefit. Misalkan peluang usaha pengiriman surat dan dokumen yang menarik konsumen dengan cara yang berbeda daripada sebelumnya dan bagaimana menjaganya agar selalu diminati tanpa merugikan orang lain.  


Nah, jadi pada kesimpulannya ialah era internet khususnya digital adalah era yang memiliki banyak peluang untuk kita berkembang. Tantangannya ialah bagaimana kita mengantisipasi disruptif dengan memiliki 3T yang kuat dan tidak setengah-setengah dalam memulai kegiatan atau usaha tertentu. "Taklukkan disruptif, salam 3T, salam era internet digital, salam sukses".

Daftar Pustaka

 Christensen, Clayton. 1997. The Innovators Dilema. Inggris:Harvard Business School.

Gimpel, Henner Dan Sabila Hosseini. 2018. Structuring Digital Transformation: A Framework Of Action Fields And Its Application At Zeiss. Journal Of Information Technology Theory And Application 19:31-54. Florida International University.

Mahmood, Faisal dan Abdul Zahid Khan. 2019 Digital organizational transformation issues, challenges and impact: A systematic literature review of a decade. Abasyn Journal of Social Sciences. Vol 12:2.

Nambisa, Satish., Wright, Mike., dan Maryan Feldman. 2019. The digital transformation of innovation and entrepreneurship: Progress, challenges and key themes. Journal Research Policy.USA:Elsevier.

Royyana, Anna. 2018. Strategi Transformasi Digital pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Journal of Information System of Public Health 3:15-23. Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun