Mohon tunggu...
andri wardhana
andri wardhana Mohon Tunggu... -

Pembaca setia, tapi kadang-kadang pengen posting juga. Suka jalan-jalan, makan-makan, apalagi dibayarin :P

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata ke Selandia Baru: Hari Kedua

21 Juni 2010   07:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:23 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari pertama di NZ bisa dibaca di sini. Pagi hari kedua ... Jam 6 masih cukup gelap di Auckland, di jendela sekejap kulihat Skytower menjulang. Sarapan di NZ, secara mengejutkan, sangat cocok dengan lidah kami, orang Indonesia. Hmmm, rasanya kami bisa berlama-lama di NZ, nih, kalau begitu. Begitu kami keluar hotel sekitar jam 8, hawa dingin segera menyergap. Jalan-jalan di Auckland masih belum menampakkan aktivitas sebenarnya. Masih sepi, dengan sedikit mobil dan bus umum lewat. Supir bis kami yang ramah menyapa kami dengan bahasa Maori, dan kami pun terpaksa belajar bahasa maori sedikit-sedikit. Kia Ora, kami pun membalas. Artinya kira-kira Hai! kami segera berangkat menuju Rotorua dengan terlebih dahulu melewati Waitomo untuk mengunjungi Gua Ulat Berpendar (halah, Glow-worm cave namanya), dan makan siang di Roseland's Farm. Perjalanan menuju Waitomo adalah perjalanan yang cukup panjang, kurang lebih 3,5 jam. Sepanjang perjalanan ini, yang terlihat adalah daratan NZ yang konturnya berbukit-bukit, dengan hamparan rumput yang begitu luas pemandangan sapi dan domba. Yang membuat pemandangan ini begitu menyenangkan adalah, hampir setiap beberapa menit kami bisa melihat lintasan pelangi di kiri kanan jalan, kadang sampai satu busur pelangi penuh. Tidak mengherankan memang, karena dari 3,5 jam perjalanan ini, hujan dan sinar matahari silih berganti. Di wikipedia memang pernah saya baca bahwa NZ adalah salah satu negara di dunia yang paling susah ditebak cuacanya. Di beberapa bagian, Penduduk NZ sudah biasa mengalami 4 musim dalam hitungan minggu saja. [caption id="attachment_173203" align="alignnone" width="300" caption="Waikato river with Huntly Power Station as background"][/caption] Kami berhenti sebentar di Huntly untuk toilet, sambil menikmati pemandangan sungai Waikato dan seberang sana, dari kejauhan kami bisa melihat pembangkit listrik Huntly. Waitomo Kira-kira jam 11.30, kami sampai juga di Waitomo, dan langsung disambut dengan hujan deras yang cuma berlangsung beberapa menit saja. Pintu masuk ke Glow-worm Cave ini baru saja direnovasi dengan bentuk kubah dengan pilar-pilar kayu yang disusun unik. Setelah membeli tiket, kami dituntun oleh seorang pemandu berkebangsaan Maori, yang walaupun berbahasa Inggris, agak susah kami mengerti. [caption id="attachment_173210" align="alignleft" width="225" caption="Waitomo glow-worm cave's Entry Gate"][/caption] Sedikit info mengenai glow-worm ... Glow-worm adalah fase larva dari serangga Arachnocampa luminosa. serangga ini mempunyai daur hidup yang sangat menarik. fase larvanya adalah fase yang paling panjang dari kehidupannya, dimulai dari telur sampai serangga dewasa. pada fase larva inilah, mereka mencari makan dengan cara menciptakan semacam senar sekitar 30-40 cm dengan ujung berlendir untuk menangkap mangsa. Mereka berusaha menarik perhatian mangsa dengan cara berpendar (glowing), menciptakan ilusi seakan-akan itulah jalan keluar dari gua. Karena jumlahnya yang sangat banyak, pendaran glow-worm ini menciptakan pemandangan seperti sinar bintang di waktu malam di dinding atas gua. Glow-worm ini sangat sensitif terhadap sinar dan gangguan, maka di dalam gua dilarang keras memfoto, apalagi menggunakan blitz, menerangi dengan senter, atau mengobrol dengan suara keras (padahal di gua kan suara pasti bergaung ya?) Gua ini juga punya pemandangan gua karst yang indah, dengan formasi stalagtit dan stalagmit yang beberapa diantaranya bahkan punya nama-nama seperti : Katedral, merupakan ruang kosong yang cukup besar di dalam gua seperti gereja katedral dengan sebuah organ pipa yang besar dan balkon (balcony). Kemudian ada gambaran stalagmit seperti sebuah keluarga yang naik unta, dan lain-lain. Sayang kami datang pada saat yang kurang tepat, karena air sungai di dalam gua sedang pasang, sehingga kesempatan kami untuk melihat glow-worm menjadi sedikit. Seharusnya kami naik perahu yang akan membawa kami menyusuri gua, sambil melihat langit-langit gua yang penuh dengan kumpulan glow-worm, tapi karena air pasang, kami hanya bisa 5 menit naik perahu. [caption id="attachment_173204" align="alignright" width="225" caption="Backyard of Roseland's Farm"][/caption] Seusai berperahu melihat glow-worm, tiba saatnya bagi kami untuk menikmati BBQ di Roseland's farm, yang katanya sih mantep banget dagingnya. 10 menit perjalanan dari Waitomo glow-worm cave, dan sampailah kami ke rumah makan itu. Rumah makan itu tidak terlalu besar sebenarnya, tapi halaman belakangnya, benar-benar menyenangkan dengan pemandangan padang rumput dan bukit-bukit hijau. BBQ di sini lumayan enak (tapi sausnya agak kemanisan, mungkin selera NZ kali), dengan daging sapi NZ yang tebel banget, dan ada nasi pula, hehehe. harga satu porsinya NZD 17-18. Rotorua Kenyang makan BBQ, kami melanjutkan perjalanan ke Rotorua. Rotorua adalah sebuah kota kecil di North Island (Pulau Utara) yang terkenal dengan fenomena geyser dan mud poolnya. [caption id="attachment_173205" align="alignleft" width="300" caption="Trouts in Rainbow Springs pool"][/caption] Perjalana ke sana memang agak jauh dari Waitomo. Sampai di sana agak sore, sekitar jam 5, terus daripada langsung masuk hotel, kami menyempatkan untuk mampir di Rainbow Springs, semacam kebun binatang mini yang berisi binatang-binatang dan tanaman-tanaman khas NZ. Di situ ada burung kiwi (yang ternyata mirip burung puyuh dengan ukuran besar dan paruh yang lebih panjang), ada binatang seperti kadal (tapi bukan) yang katanya living fossil, tuatara, dan burung-burung khas NZ yang aneh-aneh. Yupe, ada yang suka menirukan suara ketawa, ada yang gendut tapi tidak bisa terbang, ada yang suka menteror domba dan manusia. Di situ pula ada pembudidayaan bermacam-macam ikan trout, ikan Amerika yang dicoba untuk dikembangkan di NZ. Cukup menarik, tapi karena hari sudah mulai gelap, akhirnya kami memutuskan untuk ke hotel dulu, Millenium Hotel yang berada di Rotorua CBD. [caption id="attachment_173206" align="alignright" width="300" caption="Special Greeting from Maori"][/caption] Sekitar jam 7 malam, kami makan malam di Heritage Hotel, 10 menit dari Millenium Hotel sambil menyaksikan malam kebudayaan Maori, tari-tarian khas Maori, seperti Haka dance yang sangat terkenal itu. Rotorua adalah salah satu pusat kebudayaan Maori, dimana kita masih bisa menyaksikan berbagai warisan budaya Maori, seperti suku Asmat di Papua. Tidak terlalu istimewa sajian makan di Heritage Hotel ini, malah agak aneh untuk lidah orang Indonesia. Semuanya makanan laut Hanya lamb chops saja yang masuk ke perut. Pulang dari Heritage Hotel, kami menyempatkan untuk jalan-jalan sekitar hotel. Jam 9 dan jalan sudah sunyi senyap. Rata-rata toko memang buka hanya sampai jam 6 saja. Akhirnya kami kembali belanja, hehehe, di supermarket Pak n Save Rotorua. Satu grup dengan New World, Pak n Save adalah supermarket yang dirancang mirip Makro, pusat kulakan yang tidak menyediakan plastik secara gratis, dengan harga yang lebih murah daripada New World. Next things to do : Te Puia thermal Reserve, Whakarewa-rewa, Agrodome dan go to Queenstown. Bersambung ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun