Rentetan Senapan
Rentetan suara terdengar kembali. Pasti pasukan Australia sedang menghadang pasukan Turki yang sedang merangsek maju ke depan. Aku sedang menuliskan penaku di atas lembaran buku harian ini.
Di tengah peluru yang berdesingan, aku mencatat jurnal. Konsentrasi pada peluru yang jatuh membuat saya berhenti menulis. Kehidupan di lorong ini selalu menghadap ke depan untuk melihat adakah pergerakan pasukan musuh. Hidup ini menjadi sederhana di tempat ini. Menembak atau bisa saja tertembak. Mereka yang tidak menjaga memanfaatkan waktu untuk mengisi kekosongan.
Ada yang hanya mengobrol saja. Obrolan ngalor-ngidul tetapi ada juga yang sedang melap senapan mereka. Penting sekali melap senapan karena akan merugikan jika laras macet yang menyebabkan kematian si pemilik senapan. Bukan karena senapannya yang membuat mati tapi senapan musuh yang menerjang terlebih dahulu.
Aku seorang pengembala yang hebat dalam menangani gembala. Pekerjaan bukan hanya sekedar menganggon sapi melainkan mengusir hewan buas dari kumpulan sapi kami. Terkadang si ompung datang dengan mengaum dan terkadang ia tidak pernah datang bahkan suaranya. Katanya Baginda Panusunan yang meracuni harimau tersebut. Sang Baginda marah dalam sebulan terakhir tiga ekor sapinya mati. Ia mengerahkan anak buahnya untuk memburu harimau tersebut. Aku sebenarnya tidak suka berburu di samping riskan, aku bukan yang mau membunuh hewan buas. Harimau itu sebagai lambang dan penjaga keseimbangan. Manusialah yang merampas hak Ulayat mereka.
Kehilangan si ompung membuatku menjadi perasaan sepi biasanya ia mengagetkanku. Kini burung berkicau menghibur alam karena si raja rimba sudah tidak ada. Aku pikir itu hanya sementara karena nantinya akan ada ompung yang baru lagi yang akan menghadiri tanah ini. Aku khawatir hewan yang hidup masih takut juga karena mereka nantinya akan bertemu dengan ompung yang lain itu hal yang alamiah saja. Ketika salah satu penguasa hilang maka akan ada lagi penguasa yang baru.
Dunia menjadi menarik bagi orang yang bernafsu untuk mencari kekuasaan. Ia akan memikat siapa saja dengan janji yang manis dan memikat.
Ah ini… seperti perang yang ia hadapi dengan Inggris sekarang ini. Mereka adalah singa di dunia ini yang mengganas. Mereka sudah menguasai dan namun cahaya Islam akan segera datang. Rasanya sulit sekali untuk menggerakkan warga muslim yang kini sudah menjadi manusia sakit dari Eropa. Tetapi aku tidak akan mundur bagiku perlawanan ini sudah digelorakan karenanya tidak akan mundur untuk kembali lagi.
Memang rasanya capek sekali menilai buku harian ini namun ini mungkin titik jenuhku dalam menulis namun nantinya aku akan rajin kembali untuk menulis lanjutan agar saya bisa melanjutkan banyak pekerjaan yang besar.
Apakah Inggris yang tanahnya luas akan hilang gelar rajanya. Aku melihat Rusia sudah merangsek ke tengah dan mengancam Turki dengan kartu Armenianya. Padahal dulunya Inggris bersama Perancis dan Turki bahu membahu untuk menduduki Crimea. Sekarang Mereka berbalik mengkhianati Utsmaniyah dengan merampok kapal laut andalan Turki. Semua tahu bahwa kapal pesanan Turki dibeli dari swadaya rakyat karena pada saat ini Turki sedang mengalami keterpurukan dan pada saat ini juga Turki mempunyai hutang yang besar. Inggris melakukan perampokan yang besar pada zaman ini dengan mengubah kapal tersebut menjadi kapal angakatan laut miliknya.
Kini Jerman yang berkomitmen dengan dua kapal perang raksasa yang akan membantu Turki yakni SMS Goeben dan Breslau dalam menghadang serangan dan invasi pasukan sekutu. Pilihan yang sulit meski kaum Islami menentang perang dan memilih tetap netral karena buahnya tidak akan seburuk jika berpihak. Memilih netral bukan tidak mempunyai risiko karena para sekutu akan menyerang Turki kecuali Jerman yang memang tidak akan menyerang Turki melainkan akan menyerang negeri beruang merah.