Mohon tunggu...
Andri Faisal
Andri Faisal Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang dosen manajemen keuangan dan Statistik. Peminat Sastra dan suka menulis fiksi. Suka Menulis tentang keuangan dan unggas (ayam dan burung) http://uangdoku.blogspot.com http://backyardpen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kapal Sultan Osman I dan Resadiyye

22 Maret 2017   18:45 Diperbarui: 28 Mei 2017   09:21 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Turki memang buikan Sekaya pada zaman sultan  Salim maupun SUltan Sulaiman. Kami harus mengumpulkan uang untk membeli Kapal Sultan Osman I dan Resadiye.  Ini adalah pengkhianatan terbsar Inggris setelah pengkhiatanan yang banyak sekali. Pengkhiantan di Crimea dan pengkhiantaan mereka diINggrisdi Mesir. Mesir adlaah bumi kinanah yang menjadi pembebas tanah suci. Aku tahu gerakan Inggris akan menuju ke tanah suci karena mereka yakin akan mengambilalih tanah suci.

Ada dalam hati untuk menculik kapal tersebut. Aku kira tidak akan sulit untuk menculik kapal tersebut namun bukan suatu yang mustahil dengan halitu. Ia merencanakan dengan teman-temanku.

"Ini bisamenjadikejutan.KIta akan merubah perang karena para pasokan musuh dari daerah kolonialmereka terutama di Afrika akan menjadi sepi setelah mereka diblokadedari laut.

Percuma saja , kata seorang karena kekuatan pasuak Inggris ada di MEsir dan mendapat pasokan dari pasukan British India yang ditransfer dari terusan Suez.

Rauf berkata bahwa tidak sulit untuk menyelendupkan kapal.KAlau kapal tersebut diselundupkan maka mereka pasti akan tertangkap.

Tentu kita ahrus meledakkan kapal tersebut sebelum kita tertangkap oleh kapal musuh. Bagaimana mungkin kapal tersebut tidka ada senjatanya.KIta larikan maka dengan mudah kita ditangkap dan    kita akan digiring. Lebih baik kita tidak perlu untuk menyerobot kapal ini. Kita harus segera kembali. Rauf Orbay dengan beberaa awak segera memesan kereta api menuju Jerman dan selanjutnya ke Turki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun