Mohon tunggu...
Andri Bengis
Andri Bengis Mohon Tunggu... -

orangnya berwawasan dan sedikit keras juga bengis serta punya banyak kemauan , suka dengan elektrik, elektronika , otomotif , musik jazz( gitar dan suling ), fotografi dan tenis.\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ajaran Belanda Mantab Menetap dalam Peradaban Bangsa

13 September 2011   10:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:00 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak SD saya diperkenalkan dengan istilah DEVIDE ET IMPERA, konon itu adalah  suatu taktik dari belanda untuk memecah bela penduduk , istilah lain dari Bang Rhoma Irama adalah adu domba. Pemerintah kita sekarang, bersama aparaturnya sibuk mengamankan  tawuran antar kampung ,antar geng, antar sekolah, antar mahasiswa dan  bingung memikirkan solusinya , karena ini berlangsung secara priodik hehee..berulang maksudku. Tapi pemerintah sendiri lupa, apakah yang mereka lupakan ? yaitu contoh , pemerintah sendiri berantem melulu baik dikalangan eksekutif, legeslatif maupun yudikatif. Kalau mereka sendiri seperti itu, kapan mereka akan memikirkan rakyatnya ? memang susah negara ini , sebab  yang berkuasa rata rata para preman hanya saja mereka rapi memakai jas dan dasi. contoh kecil saja Lily Wahid (PKB ) berseteru dengan Muhaimin Iskandar (ketua PKB ), padahal mereka masih satu partai alias satu kampung malah satu keluarga  , jadi  kalau  tawuran antar kampung tentu akan lebih wajar lagi kale ahahahaa.... Rakyat berselisih sedikit saja bisa  perang antar kampung, yang sering diberitakan dengan istilah tawuran, memang ajaran belanda luar biasa rupanya, bisa menjadi BUDAYA yang terus dibanggakan oleh warga kita baik tingkat tinggi maupun kelas bawah, pemerintah kita tidak sadar kalau tawuran itu juga merupakan  pelampiasan kekesalan mereka kepada pemimpin yang tidak bisa merubah kemiskinan di negara yang kaya raya ini. Hanya saja bedanya kelas atas berantemnya dengan mengajak polri yaitu pelaporan pencemaran nama baik,   yang tentu saja makin membuat pengacara jadi kaya raya, sedangkan kelas bawah perang langsung alias tanpa perantara dengan membawa  batu, golok, pisau dan mungkin juga bambu runcing, sehingga tawuran mereka bersemangat seolah mengusir penjajah kale...ahahahaaaa... Menurut analisa saya, dari pada mereka mati sia sia, lebih baik mereka menghunuskan  golok itu  keleher para koruptor yang masih berkeliaran, dengan begitu mungkin para koruptor akan lebih takut , ketimbang penjara yang hanya 1,2,3 tahun dan setelah bebas mereka akan mengadakan selamatan dengan mengundang ustazd kondang yang akan dibayar dengan hasil korupsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun