Mohon tunggu...
Andreywan Fitroni
Andreywan Fitroni Mohon Tunggu... -

now or never

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tontonan Apa Yang Sekarang Baik untuk Putra-Putri Kita?

15 Oktober 2014   16:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:56 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaget rasanya hati ini ketika saya mendengarkan seorang anak kelas 3 Sekolah Dasar membicarakan tentang kekasih mereka. bahkan dengan gamblang dia menjelaskan apa saja yang dilakukan ketika berpacaran. terasa sudah tidak ada lagi kata tabu ataupun malu untuk menjelaskan kepada teman-temannya. bahkan anak tersebut terlihat bangga dengan predikat punya pacar lebih dari satu. seolah-olah tujuan hidupnya sudah tercapai dengan dia berpacaran meskipun umurnya masih belum genap 8 tahun.

dari cerita tersebut saya masih berfikir positif, karena mungkin hanya satu anak ini saja yang demikian. sehingga treatmen untuk mengembalikan pemahamannya untuk hal ini bisa dikhususkan untuk satu anak ini. ternyata anggapan saya salah, ketika saya buka sesi pengalaman pribadi ternyata hampir semua siswa menganggap pacaran dan kekerasan itu lumrah. pacaran konteks ini adalah pacaran yang tidak sehat. cerita pun kembali bergulir dan dengan fasihnya anak-anak itu menjelaskan apa saja yang bisa dilakukan dengan pacar tersebut. bahkan istilah yang tabu dapat keluar dari mulut lugunya dengan fasihnya.

ketika saya telusuri lebih lanjut ternyata mereka dapat menjelaskan demikian karena apa yang mereka tonton menggambarkan demikian. mereka juga menjelaskan bahwa sinetron maupun film yang mereka tonton mengajarkan hal tersebut. coba jika kita menyaksikan film yang banyak beredar di negara kita, jika film tersebut menceritakan tentang keadaan sekolah hanya berapa persen yang menggambarkan tentang indahnya belajar dan berusaha meraih cita-cita?berapa persen yang menonjolkan kekerasan? dan berapa persen yang nonjolkan kasih sayang yang tidak tepat? parahnya yang ditiru dan banyak ditonton adalah film dengan genre seperti ini. maka tidak kaget rasanya jika saat ini banyak terjadi kekerasan yang terjadi pada siswa bahkan pada jenjang sekolah dasar. berapa banyak pulan siswa yang menonjolkan kemewahan hingga muncul istilah cabe-cabean. dan berapa banyak pula bayi-bayi lahir tanpa tahu orang tuanya dan bahkan tanpa tahu isi dunia sudah dibuang kesana kemari.

posisi yang terjepit saat ini ujungnya adalah sekolah. sekolah kembali menjadi kambing hitam diantara orang tua yang bermasalah, media yang tidak mendidik dan hukum yang tidak pernah memihak kepada mereka. jika saja kita tahu, anak -anak itu sebenarnya tahu mana yang baik dan buruk, tahu bagaimana cara menyikapinya. hanya karena lingkungan mendukung, maka jadilah anak-anak yang seperti ini. jika demikian halnya, akankah kita bangga dengan bonus demografi yang digadang-gadang pemerintah sekarang? dengan generasi yang dirusak oleh lingkungannya sendiri, sebaiknya kita berdoa Rahmat Tuhan tidak hilang di negeri yang kita cintai ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun