Mohon tunggu...
SITUMORANG YOSUA
SITUMORANG YOSUA Mohon Tunggu... Akuntan - To celebrate life, to do something good for others

Writing is living in eternity. Your body dead, your mind isn't.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Leverkusen, Du Bist Sehr Gut!

10 Mei 2024   00:33 Diperbarui: 10 Mei 2024   00:43 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepakbola sekali lagi menunjukkan keajaibannya. Setelah Leicester City menjadi juara pada tahun 2016, Bayer Leverkusen membuat publik sepakbola kagum sekaligus terperangah, setelah berhasil menjadi juara Bundesliga edisi 2023/2024. Ini hal yang sungguh menggembirakan karena gelar ini merupakan yang pertama bagi Bayer Leverkusen sejak mereka terbentuk pada 1904, satu seperempat abad yang lalu, bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Liga Jerman, seringkali dianggap tidak menarik karena dominasi salah satu tim, yaitu Bayern Munchen. Bisa dibilang Liga Jerman sama dengan Liga Munchen, karena tim ini sering sekali menjadi kampiun. Mungkin sebelum liga dimulai, orang sudah pesimis terlebih dahulu, kalau akan ada tim yang mampu mengganggu hagemoni Munchen. Bagaimana tidak, Munchen dihuni oleh pemain-pemain kelas dunia. Dan yang paling menyebalkan tentunya, kebijakan transfer mereka sering kali mengambil atau membeli pemain bintang dari tim rivalnya sesama peserta Liga Jerman. Hal ini tentu akan membuat tim yang menjadi lawan Munchen sulit bersaing karena sudah "dilumpuhkan" terlebih dahulu. Kekuatan finansial dan nama besar mereka menjadi magnet bagi setiap pemain yang menginginkan gelar juara, seperti cahaya bagi laron. Minimal, kalau ada pemain yang tidak pernah merasakan trofi, mereka akan merasakannya bersama Munchen, karena menjadi kampiun Liga Jerman hampir menjadi sebuah keniscayaan.

Terbaru, Harry Kane, yang tidak pernah mencicipi satupun gelar bersama Tottenham Hotspur, pindah ke Munchen, mungkin demi keniscayaan tersebut. Uang, ketenaran, prestasi pribadi, sudah pernah ia raih. Yang belum adalah gelar kolektif, gelar untuk tim yang ia bela, baik di level timnas maupun klub. Maka Munchen adalah pilihan rasional. Sayangnya, Bayer Leverkusen hadir menjadi antagonis, tim yang memupus mimpi Kane untuk meraih gelar pertamanya di level klub. Dan aktor utama dibalik kesuksesan Leverkusen adalah Xabi Alonso, der fussball trainer. 

Xabi Alonso bukan nama baru di sepakbola. Kalau ada yang mengaku suka sepakbola, tetapi tidak pernah mendengar namanya, mungkin selama ini mereka salah olahraga. Kehebatannya sebagai pemain tidak perlu kita ragukan. Selama aktif bermain, ia membela tim besar macam Liverpool, Real Madrid, dan Bayern Munchen. Namun, bermain di lapangan dan menukangi tim adalah dua pekerjaan yang berbeda. Sukses sebagai pemain, belum tentu sukses sebagai pelatih.

Tapi Xabi Alonso mampu memadukan keduanya. Dan ia tidak merealisasikannya dengan tim bertabur alien seperti Bayern Munchen atau Borussia Dortmund, melainkan Leverkusen, tim yang berada di zona degradasi, yang kesulitan untuk meraih kemenangan, yang ia poles menjadi tim juara, dan bahkan berpotensi meraih treble, hanya dua musim setelah ia tukangi. Mereka tidak terkalahkan di semua kompetisi. Per 3 Mei 2024, mereka telah melakoni 47 laga di semua kompetisi, baik domestik maupun internasional, dan mereka belum pernah kalah.

Kalau kita lihat ke belakang, Alonso sudah pernah melakukannya bersama Real Madrid U-14, tim pertama yang ia latih, dan ia bawa menjadi juara serta tidak terkalahkan pada saat itu. Sepertinya, Alonso sudah tahu resep yang dibutuhkan untuk membuat suatu tim bisa bekerja secara kolektif dan mempunyai daya tahan, daya serang, dan daya juang yang luar biasa. Beberapa kali, Leverkusen tertinggal lebih dulu dan hampir kalah, namun mampu menyamakan skor, minimal untuk meraih hasil seri.

Apa persisnya yang ia lakukan sehingga tim yang ia besut menjadi begitu luar biasa, mungkin hanya ia dan Tuhan yang tahu. Dari beberapa petikan wawancara yang ia lakukan, tidak ada hal yang begitu luar biasa yang ia sampaikan. Seperti pelatih dan manajer pada umumnya, ia menekankan kepada tim nya untuk fokus pada tiap pertandingan dan konsisten. Mungkin, mempunyai kesempatan untuk dilatih oleh pelatih-pelatih top dunia seperti Jose Mourinho dan Pep Guardiola memberi banyak pengetahuan untuk Alonso. Meskipun apa yang Alonso lakukan bisa dibilang jauh lebih luar biasa, karena fasilitas yang ia dapatkan jauh dari mantan bos nya.

Satu yang pasti, Alonso adalah pribadi yang tenang. Ia mampu mengendalikan emosinya dengan baik. Hal itu tercermin saat ia menjadi pemain, maupun saat menjadi pelatih, ia menunjukkan ketenangan yang luar biasa. Hal ini juga yang mungkin ia tularkan kepada timnya sehingga mereka mampu memberikan hasil yang baik, meskipun dibawah tekanan dan dalam situasi yang tidak menguntungkan. Mereka tetap mampu berpikir jernih dan berusaha mencari jalan keluar secara kolektif.

Alonso juga tidak terburu-buru dalam berproses. Terakhir, banyak tim besar yang ingin mendapat tanda tangannya, tapi ia memutuskan untuk bertahan bersama Leverkusen paling tidak sampai kontraknya selesai. Tawaran menggiurkan dari tim-tim besar tidak "menyilaukan" dirinya untuk segera berada di panggung yang sama dengan pelatih-pelatih top lain seperti Mikel Arteta, Simone Inzaghi, hingga sang mentor, Pep Guardiola. Ia percaya bahwa ia masih harus berproses, dan Leverkusen adalah tempat yang tepat untuk itu. Di tengah segala puja puji bagi dirinya, ia masih membumi dengan memilih bertahan di Leverkusen, dan tidak terburu-buru "lompat" ke Anfield yang kosong atau Munchen, yang dengan senang hati akan memberikan kursi kepelatihan kepadanya.

Dan sampai saat ini, hasil luar biasa terus ditorehkan oleh Leverkusen. Mereka bukan lagi sekedar mengincar trofi, tapi menuliskan sejarah dan memecahkan rekor, membuat standar baru yang mungkin akan sulit untuk disaingi tim-tim lain. Mereka menjadi tim yang lupa untuk kalah. Mungkin, tim yang bisa mengalahkan mereka pada saat ini adalah mereka sendiri. Die Werkself, du bist sehr gut. Horas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun