Mohon tunggu...
SITUMORANG YOSUA
SITUMORANG YOSUA Mohon Tunggu... Akuntan - To celebrate life, to do something good for others

Writing is living in eternity. Your body dead, your mind isn't.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Menjadi Bocil Profesional Full Timer Saat Libur Lebaran Zaman Orde Baru

4 April 2023   11:25 Diperbarui: 4 April 2023   11:27 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bulan Ramadan memiliki banyak sekali cerita menarik yang membekas di benak kita saat kanak-kanak dan anak-anak. Sebagai generasi 90 an, bulan Ramadan identik dengan libur panjang. Dulu, sekolah dasar negeri sudah libur bahkan sejak puasa hari pertama, tidak hanya ketika merayakan Lebaran. Jadi anak-anak sekolah dasar bisa libur satu bulan penuh. Sekolah juga jarang sekali memberikan tugas atau proyek untuk dikerjakan oleh anak didiknya selama libur panjang itu. 

Alhasil, libur banyak diisi oleh macam-macam kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Momen ini saya rasakan ketika saya duduk di bangku sekolah dasar di Jambi, tepatnya di Kabupaten Muara Bungo dan Kabupaten Kerinci.

Orangtua saya bekerja di sebuah perkebunan milik negara, sehingga hidup saya jauh dari hiruk pikuk kota dan kebisingan knalpot kendaraan. Tidak hanya itu. Masa itu, teknologi juga belum secanggih saat ini, sehingga anak-anak sering bermain secara kolektif. Tidak ada permainan-permainan daring nan canggih individualis yang dilakukan dengan teman dari ujung gawai. Saya ingat betul satu-satunya permainan elektronik yang saya mainkan bersama teman-teman adalah Nintendo. Udah paling canggih, udah paling top. Sisanya dihabiskan dengan bermain permainan tradisional dan bersepeda keluar masuk area perkebunan. Tapi disitulah menariknya. 

Saya tinggal di rumah dinas perkebunan, sebuah komplek perumahan pegawai perkebunan dimana jarak antar rumah tidak terlalu jauh. Hal ini membuat saya dan beberapa anak laki-laki yang seumuran sering menghabiskan waktu bersama-sama, terutama ketika banyak waktu libur seperti di bulan Ramadan. Kami sering menghabiskan waktu bersama sepanjang hari dengan bersepeda keliling komplek perumahan, bahkan sampai ke area perkebunan kelapa sawit. 

Pernah suatu kali ketika orang tua saya berdinas di Muara Bungo, sebuah kota kecil di Provinsi Jambi, saya dan beberapa teman saya bersepeda ke area perkebunan yang ada sungai kecilnya. Sungai ini cukup jernih untuk dipakai berenang dan mandi. Segar sekali. Tempat yang sempurna untuk membasuh tubuh setelah berkeringat bersepeda. 

Momen menarik lain saya rasakan ketika orang tua saya berdinas di kaki Gunung Kerinci, di sebuah perkebunan teh. Suasana perkebunan yang dingin sangat menyenangkan untuk dihabiskan bersama teman-teman seumuran yang punya banyak waktu luang. 

Berkelompok kami keluar masuk area perkebunan yang berbatasan langsung dengan pemukiman pegawai. Kami mencari buah beri dan buah-buah yang saya tidak tahu namanya diantara tanaman teh, yang kami kumpulkan untuk dinikmati bersama-sama. Kadang-kadang, kami menghabiskan waktu dengan bermain di gudang yang berisi daun teh olahan. Gudang yang berisi daun teh ber karung-karung itu menjadi Kidzania yang sangat menarik dan menyenangkan. Bau khas daun teh menjadi parfum alami yang menyegarkan sekaligus menyenangkan. 

Saya merasa sangat beruntung dapat menikmati masa-masa indah itu ketika badan masih sangat energik, belum terpapar Sampoerna Mild dan Dji Sam Soe, pikiran masih fresh dan segar, belum terbeban oleh cicilan KPR dan KTA. Hehehe. 

Setelah dewasa dan hidup di daerah urban dengan teknologi yang semakin canggih, sulit membayangkan hal-hal diatas akan terulang. Perkembangan masif teknologi membuat anak-anak di desa pun sudah dapat menikmati game online seperti Free Fire, PUBG, dan Mobile Legend. Dengan terus bergerak majunya teknologi yang mendorong masyarakat untuk menjauhkan yang dekat, menghabiskan waktu secara kolektif bersama teman seumuran sepertinya akan menjadi pemandangan langka di masa depan. Horas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun