Fight Like A Tiger Win Like A Champion, sebuah buku karangan Darmadi Darmawangsa dan Imam Munadi yang terbit tahun 2006 adalah buku sarat ilmu yang dibalut dan diilustrasikan ke dalam beberapa cerita yang inspiratif dan menarik, membuat pembaca menjadi lebih mudah mencerna serta terhibur dengan ragam cerita tersebut. Saya ingin berbagi pengalaman dan ilmu menarik yang saya dapatkan dari membaca buku ini, yang akan saya tulis sesuai chapter atau bagian dari buku tersebut. Namun, untuk menghindari denda seratus juta rupiah terkait hak cipta apabila mengutip secara utuh bagian dari buku tersebut, saya akan ceritakan dengan versi saya sendiri, mungkin merubah beberapa hal tanpa merubah substansi dari cerita tersebut.
Saya yakin, para penulis pun akan dengan senang hati membagikan ilmu dan pemikirannya kepada lebih banyak orang dan pembaca, karena sejatinya ilmu itu memang harus diteruskan ke semua orang, dari pribadi ke pribadi, dari generasi ke generasi. Karena saya belum mampu "berbicara" dengan "bahasa" saya sendiri, maka saya ingin menyampaikan buah pikiran kedua penulis luar biasa ini, khususnya kepada orang-orang dekat disekitar saya yang mungkin nganggur dan capek scroll tiktok, untuk membaca tulisan tidak seberapa ini.
Dalam bagian pengantarnya, kedua penulis yang juga berlatar belakang sebagai trainer dan motivator yang sudah banyak memberikan seminar dan pelatihan menargetkan buku ini tidak hanya kepada orang-orang yang mengalami krisis motivasi, tetapi juga orang-orang yang mulai mencanangkan keputusan untuk menuju sukses. Selain itu, buku ini juga ditujukan untuk orang-orang yang sudah berada di puncak suksesnya, memperkokoh pondasi, serta diharapkan mampu melampaui batas yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Beberapa hal yang saya highlight dari bagian pengantar ini adalah :
- Esensi terpenting dalam hidup ini adalah integritas
- Integritas merupakan faktor yang membuat hidup ini seimbang. Penulis buku memberi contoh bagaimana seorang juara tinju dunia yang dikagumi, Mike Tyson, yang dikenal luar biasa tercoreng reputasinya karena menggigit kuping lawannya, Evander Holyfield, serta melakukan tindakan amoral seperti kecanduan alkohol dan seks. Saya pribadi termasuk sosok yang mengagumi Mike Tyson sebagai petinju, bukan sebagai pribadi diluar ring tinju. Salah satu hal menarik yang pernah diungkapkan lawannya adalah bagaimana Tyson menjatuhkan mental bertanding lawannya. Ketika di ruang ganti, tanpa sengaja lawan Mike Tyson mendengar Tyson memukuli dinding ruang ganti dengan sangat keras. Ia membayangkan kalau pukulan itu mendarat dimukanya, entah apa jadinya. Jadi ayam geprek gepruk mungkin.
- Sebegitulah luar biasanya Tyson, namun tanpa integritas, ia tidak bisa mempertahankan diri dari gempuran ketenaran, kekayaan, dan terjerumus ke dalam hal-hal buruk sehingga karir bertinjunya yang luar biasa redup lebih cepat. Integritas dapat menjadi panduan, membuat kita tidak mudah kehilangan arah. Integritas menjadi mercusuar, yang selalu memandu kita untuk tetap berada di jalur yang benar dan sesuai dengan nilai-nilai baik dalam hidup, seperti kejujuran, tanggung jawab, melakukan dengan sungguh-sungguh apa yang dipercayakan pada kita walaupun tidak ada orang yang melihat. Tanpa integritas, setiap pribadi akan sulit menjadi juara sejati.
- Salah satu prinsip hidup yang tidak bisa dirubah adalah kita harus menanam terlebih dahulu, baru menuai hasilnya
- Hal ini masih berkaitan dengan poin sebelumnya, dimana kita harus melakukan segala sesuatu seiring sejalan. Misalnya, kita tidak bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan ketika kita muda lalu tobat ketika tua. Hal seperti itu tidak akan berubah dalam hitungan hari atau minggu. Apa yang kita tanam, itu yang akan kita tuai. Maka dari itu, sedini mungkin kita harus memiliki sikap dan pola pikir yang baik, yang dirawat terus menerus, sehingga kelak ketika kita menjadi warga negara senior, kita meninggalkan warisan baik bagi generasi penerus kita, dan hal baik pula yang akan diingat dari kita. Seperti pepatah mengatakan, "Harimau mati meninggalkan belang, Gajah mati meninggalkan gading."
- Kesuksesan adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan
Banyak orang bertanya, dan mungkin ini salah satu pertanyaan paling populer yang sering dilontarkan orang. "Bagaimana cara untuk sukses?" Dan rasanya, buku-buku yang laris dipasaran juga buku-buku yang berjudul "Cara Meraih Kesuksesan Dengan Mudah", atau "Mendapatkan Kesuksesan Di Usia Muda", pokoknya bertema cara mendapatkan kesuksesan. Padahal, kesuksesan itu sendiri bukan merupakan sebuah akhir. Kesuksesan itu adalah sebuah perjalanan, hari demi hari, minggu demi minggu, yang terus menerus kita lakukan sampai kita jadi pupuk kompos nanti.Â
Setau saya, John Maxwell, salah satu pribadi luar biasa yang juga menulis banyak judul buku best seller mengutarakan pendapat yang sama, bahwa kesuksesan is not a goal, it's a long life process, a never ending process. Jadi jangan berpatok untuk meraih kesuksesan, apalagi mendangkalkan definisinya dengan kekayaan materi. Lebih baik fokus untuk terus meningkatkan kemampuan diri hari demi hari dalam segala aspek, menjadikan diri sendiri sebagai lawan terberat yang harus dihadapi, sehingga kita tidak akan pernah berhenti diperbarui.
Baru pengantar saja sudah sebanyak ini, dalam tulisan berikutnya kita masuk ke bagian per bagian dari buku ini. Pozdrav.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H