Mohon tunggu...
Andrey Handaru Paramananda
Andrey Handaru Paramananda Mohon Tunggu... -

Aku adalah aku..\r\nKuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya. (UNESA, sastra Indonesia)\r\nAsalku dari Lamongan.\r\nMampir di FB http://www.facebook.com/andrey.handarup\r\ndan Follow twitter http://www.twitter.com/andreyhandarup\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Semeru, Riwayatmu Kini....

15 Juni 2013   18:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:58 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu gunung Semeru sekilas menyeramkan. Apalagi meninggalnya sosok idealis yang sangat disanjung pada era orde lama yaitu Soe Hoek Gie, yang terkena asap beracun di Mahameru. Selain itu gunung tertinggi di pulau Jawa termasuk masih aktif dan sering mengeluarkan lava pijar serta asap belerang yang beracun. Banyak pula cerita maupun berita yang mengabarkan pendaki tersesat dan hilang di sana. Semakin majunya teknologi dan zaman yang semakin global, gunung Semeru seperti diekploitasi ataupun dijadikan industri baru. Apalagi setelah kemunculan novel 5 cm yang dilanjut dengan difilmkannya novel tersebut. Kini bukan hanya pendaki yang datang ke sana bahkan sering dijadikan objek wisata keluarga. Memang dari segi keindahan alam Semeru tidak ada duanya. Di sana menawarkan panorama yang membuat orang takjub. Ada danau yang disebut Ranu Kumbolo, padang safana yang disebut Oro-oro ombo, tanjakan cinta yang khas, dan yang paling dinanti adalah puncak Mahameru dengan Jonggring Salokanya. Masyarakat seolah tak peduli dengan resiko yang terjadi di alam bebas. Sekali lagi kepuasan menjadi nomor satu negeri konsumerisme ini. Tapi lagi-lagi tanggung jawab yang sangat rendah. Apalagi disinggung soal kebersihan. Ketika ada pendakian bersama yang diadakan salah satu merk peralatan Adventure. Banyak yang menyebut Ranu Kumbolo seperti tempat sampah umum. Sungguh ironis hal ini terjadi kepada tempat yang seharusnya dilestarikan malah dirusak.

Satu hal lagi yang amat disayangkan, Semeru seperti dijadikan ladang bisnis baru. Bayangkan tarif masuk naik berlipat-lipat. Dari yang hanya ribuan sekarang berpuluh-puluh ribu. Selain itu akses transpot pun demikian. Memang hal tersebut masih bisa dimaklumi karena semakin naik pamor dari gunung Semeru itu sendiri. Akan tetapi hal ini membahayakan dari keasrian Semeru sendiri. Tak bisa dibayangkan 5 tahun kedepannya. Masih bisa disebut surga bagi para pendakikah???

1371297163410813926
1371297163410813926
13712973581027792978
13712973581027792978

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun