Resensi buku, dimuat di Harian Kompas, Sabtu 21 Januari 2017
Selama ini kita membayangkan robot dengan lengan baja yang sigap melakukan tugasnya tanpa kenal lelah untuk menggantikan pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan manusia. Bisa karena terlalu berbahaya atau memerlukan ketelitian yang tinggi, atau juga untuk meningkatkan produktivitas dengan biaya murah.
Namun, seiring perkembangan teknologi informasi, khususnya di bidang perangkat lunak, istilah robot kini digunakan secara luas untuk menggambarkan semua proses otomasi yang dilakukan mesin dan komputer.
Buku Rise of the Robots, yang tergolong “New York Times Best Seller” dan memenangi penghargaan “Financial Times and McKinsey Business Book of the Year Award 2015”, mengulas berbagai bidang yang bakal terdampak perkembangan teknologi otomasi. Apa yang akan terjadi apabila robot mulai menggantikan pekerjaan manusia, yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan?
Skeptis
Pada tahun 1960-an, Milton Friedman, peraih Hadiah Nobel Bidang Ekonomi, memberikan konsultasi kepada sebuah negara sedang berkembang di Asia. Pada sebuah proyek skala besar, dia terkejut karena semua pekerja menggunakan sekop dan hanya sedikit peralatan berat. Ia menjelaskan bahwa proyek ini ditujukan sebagai “penciptaan lapangan kerja”. Lalu, Friedman menjawab sengit, “Lalu, kenapa tidak memberi pekerja tersebut sendok daripada sekop?”
Friedman menangkap ada rasa skeptis bahwa mesin akan menghancurkan pekerjaan dan menciptakan pengangguran jangka panjang. Mekanisasi pertanian membuat banyak pekerjaan menguap dan mendorong orang pergi ke kota mencari pekerjaan di pabrik. Lalu, otomasi dan globalisasi juga mendorong banyak pekerja keluar dari sektor manufaktur beralih ke sektor jasa.
Sebuah jaringan restoran sushi di Jepang telah sukses menerapkan proses otomasi. Robot membantu membuat sushi dan ban berjalan menggantikan pelayan. Dengan sistem ini, seorang manajer restoran dapat mengontrol operasional beberapa restoran sekaligus. Otomasi berhasil menekan harga secara signifikan dibandingkan pesaingnya karena tidak perlu mempekerjakan banyak orang.
Hal yang diyakini secara luas adalah otomasi akan mengancam pekerja dengan tingkat pendidikan dan keahlian rendah. Asumsi ini muncul dari fakta bahwa pekerjaan tersebut dilakukan secara rutin dan berulang sehingga dengan mudah digantikan robot.
Ancaman ini ternyata juga menimpa pekerjaan yang bisa diprediksi. Seorang dokter ahli radiologi mampu menginterpretasikan gambar medis setelah menjalani pendidikan bertahun-tahun. Berkat kemajuan teknologi pemrosesan gambar (image processing), komputer mampu menganalisis gambar medis lebih baik.
Mesin pembelajar