Mohon tunggu...
Andrey Andoko
Andrey Andoko Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Multimedia Nusantara

Lulus S1 dari jurusan Fisika ITB dan S2 Computer Science Queensland University of Technology, Brisbane, Australia. Selama 15 tahun berkarier di industri media, mulai dari media cetak, online dan radio. Kini di Universitas Multimedia Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Datangnya Era Inovasi Disruptif

28 Februari 2018   22:13 Diperbarui: 28 Februari 2018   22:31 11066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan banyak perusahaan yang awalnya berjaya, kalah dalam persaingan dan bahkan akhirnya lenyap dari kancah bisnis, padahal perusahaan tersebut sangat inovatif menghasilkan produk baru. Mereka bukan kalah oleh pesaing dalam industri yang sejenis tetapi oleh perusahaan baru yang menciptakan bisnis dan pasar baru. "Kami tidak melakukan kesalahan apapun, tetapi entah bagaimana, kami kalah", itulah pernyataan CEO Nokia pada saaat melepas divisi ponsel ke Microsoft yang menandakan berakhirnya era Nokia.

Awalnya bisnis baru ini sering dipandang sebelah mata oleh perusahaan petahana (incumbent) karena biasanya kualitas produk atau jasanya masih belum sebaik produk atau jasa yang ada atau mungkin model bisnis nya belum jelas. Sementara perusahaan petahana terus mengembangkan inovasinya tetapi masih dalam industri yang sama. Meskipun demikian, produk atau bisnis baru ini pasti memiliki kelebihan. Mungkin menggunakan teknologi baru atau mungkin harganya lebih murah. Teknologi baru akan terus dikembangkan sehingga kualitasnya makin baik, diterima oleh pasar dan sejak itu produk lama akan ditinggalkan konsumen.

Mengacaukan bisnis

Inovasi yang berpotensi untuk mengacaukan bisnis dan bahkan mematikan yang sudah ada disebut Disruption. Uber, Gojek atau Airbnb sering digunakan sebagai contoh inovasi yang disruptif. Uber, Grab dan Gojek mengacaukan bisnis transportasi konvensional, Airbnb mengancam bisnis hotel, Internet telah menggerus bisnis media cetak (surat kabar dan majalah) bahkan mengancam bisnis televisi, toko online sudah berhasil mengubah cara orang berbelanja. 

Transportasi lautpun tidak luput dari ancaman disrupsi. 11 dari 12 perusahaan perkapalan mengalami kerugian besar. Mirip seperti Uber atau Grab yang tidak memiliki mobil sendiri, perusahaan perkapalan tidak perlu memiliki kapal sendiri tetapi bisa menggunakan kapal milik siapa saja yang sedang berada di daerah terdekat untuk pengangkutan barang sehingga lebih efisien dan perusahaan perkapalan cukup menjadi operator. Dalam buku Disruption dinyatakan bahwa disruption bukan sekedar Change biasa karena menyandang sejumlah konsekuensi akibat perkembangan teknologi informasi dan kehadiran wirausahawan muda yang beroperasi secara global bersama kaum milenial.

Sebenarnya disrupsi sudah terjadi sejak lama. Munculnya mobil mendisrupsi kereta kuda, lemari es mendisrupsi industri es batu. Namun disrupsi yang terjadi akhir-akhir ini makin banyak dan cepat terjadi karena perkembangan teknologi informasi. Hal ini telah menciptakan peradaban baru yang berbeda dengan era sebelumnya. 

Teknologi informasi telah mengubah manusia dari peradaban time series menjadi real time. Data yang terkumpul dalam jumlah besar (big data) dapat diolah segera untuk pengambilan keputusan. Pada masa lampau, ketika kita mau berbisnis, kita harus memiliki semuanya sendiri. Kini kita hidup di era dimana ada banyak aset yang terbuka untuk digunakan bersama, saling berbagi dan tak harus dimiliki sendiri untuk memulai usaha. Setiap peran bisa dilakukan oleh siapa saja, saling menyumbang, berkolaborasi dan berjejaring. 

Kini kita hidup di dunia apps (aplikasi) yang pada saat bersamaan dikerjakan oleh puluhan bahkan ribuan jejaring. Saat ini, kompetitor tak lagi terlihat karena mereka bukan berasal dari industri sejenis. Seringkali perusahaan petahana mengabaikan kehadiran mereka sampai bisnisnya mulai terganggu dan merosot. Dan akhirnya produk atau jasa yang menciptakan industri baru dimenangkan oleh perusahaan baru.  

Di industri keuangan, meskipun masih dalam tahap awal, perusahaan fintech (financial technology) berpotensi untuk menggerogoti bisnis bank konvensional. Bill Gates pernah berujar "Banking is necessary, banks are not" karena bank kini bukan lagi satu-satunya sumber pembiayaan. Perusahaan fintech mulai menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan pinjaman dengan syarat yang lebih mudah dari pada bank.

Tantangan petahana

Mengapa perusahaan petahana seringkali kesulitan menghadapi tantangan disrupsi ? Riset yang dilakukan oleh Capgemini Consulting menemukan bahwa pimpinan seringkali terlambat dalam mengambil keputusan, sudah nyaman dengan model bisnis yang ada, khawatir bisnisnya terkanibalisasi oleh inovasi yang ditemukannya sendiri seperti yang terjadi pada teknologi kamera digital yang ditemukan oleh Kodak, margin yang lebih rendah dan sumber daya yang dialokasikan tidak sepadan dengan kesempatan yang mau diraih. Bagi petahana, disruption seharusnya membuka peluang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun