Indonesia sudah lama terkenal akan bulutangkis, berkali-kali bulutangkis menjadi penyelamat muka Indonesia, utamanya di Olimpiade. Total 8 medali emas yang diraih Indonesia di olimpiade , semuanya disumbangkan oleh bulutangkis, mulai Susi Susanti Alan Budikusuma pada Olimpiade Barcelona 1992, sampai Greysia Polii/Apriyani Rahayu pada Olimpiade Tokyo 2020.Â
Jauh sebelum itu, bahkan sebelum bulutangkis resmi dipertandingkan pertamakali pada olimpiade 1992, Indonesia sudah lama berprestasi. Dekade demi dekade berlalu, era silih berganti, namun prestasi bulutangkis Indonesia abadi.Â
Medio 1950-an, Indonesia mempunyai Ferry Soneville dan Tan Joe Hok, tunggal putra Indonesia pertama yang menjuarai All England pada 1959, berlanjut ke era 1960an, Indonesia mempunyai Rudy Hartono, juara All England 7x, lalu di era 1970an, Indonesia mempunyai Liem Swie King yang terkenal dengan jump smashnya, ada juga Christian Hadinata, Imelda Wiguna. Era 1980 an, Indonesia mempunyai Tjun Tjun/Johan Wahyudi, Icuk Sugiarto, Â Ivana Lie, juga Heryanto/Kartono.Â
Indonesia mencapai puncak kejayaan bulutangkis pada 1990an, dimana Indonesia dua kali mengawinkan Piala Thomas (Kejuaraan Beregu Putra) dan Piala Uber (Kejuaraan Beregu Putri). Selain itu, banyak atlet Indonesia yang juga menjadi juara dunia, seperti Joko Suprianto, Susi Susanti, dan Rexy Mainaky/Ricky Subagdja.Â
Akan tetapi, ada satu kejuaraan beregu yang sudah lama belum diraih Indonesia, yaitu Piala Sudirman. Turnamen beregu campuran ini namanya diambil oleh Dick Sudirman, salah satu tokoh besar bulutangkis Indonesia yang 25 tahun menjadi ketua umum PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia).
Sejarah mencatat terakhir kali Indonesia juara piala Sudirman adalah tahun 1989, ketika Piala Sudirman diselenggarakan pertamakali. 34 tahun berlalu, dan impian membawa pulang Piala Sudirman ke tanah air bagai panggang dari api, air mata tangisan suporter dan atlet sudah menetes dan menjadi bagian dalam perjuangan tim bulutangkis Indonesia di Piala Sudirman. 5x kita menembus final dan selalu berakhir sebagai runner-up, bahkan terakhir kali Indonesia menembus final adalah tahun 2007, 16 tahun yang lalu. Indonesia setelah itu maksimal hanya mencapai semifinal, bahkan pada 2017 tersingkir di babak grup.Â
Dalam Piala Sudirman 2023 ini, bisa dibilang Indonesia menurunkan skuad terbaiknya. Indonesia tentu mengharapkan poin bisa dikunci di ganda putra, dengan ada nya Fajar/Rian, ganda nomor satu dunia. Anthony Ginting yang baru saja menjadi juara asia dan pemain nomor dua dunia juga diharapkan bisa memberikan poin di tunggal putra, ditemani Jonatan Christie.Â
Gregoria Mariska atau yang akrab disapa Jorji juga menunjukkan grafik permainan yang meningkat dan menembus 1o besar dunia, diharapkan bisa mencuri poin di tunggal putri. Selain itu, Apri/Fadia juga akan diandalkan di ganda putri kendati grafik permainan mereka tengah menurun. Sektor yang menjadi titik lemah saat ini adalah ganda campuran, bahkan PBSI memanggil Dejan/Gloria yang merupakan pemain non-pelatnas.Â
Indonesia satu grup dengan Thailand, Kanada, dan Jerman, diatas kertas seharusnya Indonesia bisa lolos ke perempat final dan berebut status juara grup dengan Thailand, yang merupakan lawan tangguh.Â
Indonesia harus bisa mengamankan poin di tunggal putra, kemungkinan Ginting bertemu Kunlavut, lalu ganda putra Fajri bertemu Jomkoh/Kedren. Kedua sektor ini menjadi krusial karena di tunggal putri, Grego masih belum pernah menang melawan Ratchanok Intanon, di ganda campuran juga siapapun yang turun sulit mengalahkan ganda nomor 3 dunia, Dechapol/Sapsiree.Â
Praktis, pertandingan bisa ditentukan di ganda putri, Apri/Fadia diharapkan bisa menyumbang poin, kendati mereka peringkat 6 dunia, dalam beberapa pertemuan terakhir melawan Rawinda/Jongkolphan dan Aimsaard bersaudara, mereka mengalami kekalahan.Â