[caption caption="dokter.id"][/caption]Anda pernah mencuci pakaian langsung menggunakan tangan, lalu setelah itu tangan menjadi gatal-gatal dan kemerahan akibat terkena deterjen? Atau kulit tiba-tiba memerah bulat di sekujur tubuh dan gatal? Jika pernah, maka Anda sedang mengalami dermatitis.
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang disebabkan oleh pengaruh faktor dari dalam kulit maupun luar kulit yang menimbulkan gejala klinis berupa gatal-gatal. Dalam bahasa simpelnya, dermatitis sering disebut sebagai penyakit eksim. Timbulnya gejala-gejala ini bisa disebabkan karena faktor bahan kimiawi seperti asam, basa, deterjen, oli, semen, dan bisa juga karena faktor fisik seperti sinar matahari dan perubahan suhu. Kalau Anda pernah pergi ke tempat dingin dan tiba-tiba kulit menjadi gatal, berarti Anda terkena dermatitis yang diakibatkan faktor perubahan udara. Bakteri dan jamur juga menjadi bagian dari faktor lain penyebab gejala ini.
Dalam bukunya Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Djuanda Sularsito memberikan ciri-ciri gejala ini dalam beberapa tahapan sebagaimana penyakit pada umumnya, yaitu stadium akut, subakut dan kronis. Pada tahapan stadium akut, kelainannya berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Sementara pada tahap subakut, eritema dan edema berkurang, eksudar mengering menjadi krusta. Lalu di level kronis, lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan likenifikasi.
Di antara penyebab dermatitis adalah kontak iritan atau disebut dengan istilah Dermatitis Kontak Iritan (DKI). Bahan-bahan seperti minyak pelumas, alkali, serbuk kayu, pelarut adalah faktor penyebab terjadinya peradangan ini. Bahan iritan ini merusak lapisan tanduk pada kulit, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk serta mengubah daya ikat air kulit. Mereka yang mengalami DKI ini biasanya adalah mereka yang kulitnya relatif kurang tebal
Siapa sajakah yang rentan terhadap DKI? Umumnya peradangan karena faktor kontak bahan iritan ini menyentuh anak-anak yang berusia di bawah delapan tahun. Seperti kita ketahui, anak di yang berada di antara umur 0 hingga 8 tahun kulitnya masih sangat tipis. Tidak heran banyak produk-produk sabun khusus untuk anak mengingat kulit mereka belum bisa beradaptasi dengan bahan-bahan yang lebih “tajam” seperti yang ada di sabun dewasa. Selain anak-anak, para manula juga cenderung terkena DKI karena lapisan kulit mereka juga mulai berkurang. Sayangnya, sejauh ini belum ada sabun khusus manula padahal potensi pasarnya sangat besar. Sebagian manula malah menggunakan sabun bayi untuk membersihkan kulit mereka.
Wanita adalah kelompok lain yang rentan terhadap demartitis kontak iritan ini. Dibanding pria, kaum hawa memiliki ketebalan kulit yang lebih tipis ketimpang kaum Adam. Apalagi bagi wanita berkulit putih. Mereka (baik pria maupun wanita) yang memiliki kulit tubuh putih cenderung berpotensi terkena DKI.
Sebagaimana dermatitis pada umumnya, DKI juga memiliki tahapan-tahapan mulai dari DKI akut, akut lambat dan kumulatif. Untuk tahapan Akut, penyebabnya adalah iritan kuat seperti larutan asam sulfat dan asam hidroklorida. Kalau yang ini, jangankan anak-anak atau manula, orang dewasa pun bisa terkena gatal dan radang apabila terkena bahan seperti ini. Lalu di tahap Akut Lambat, secara klinis gejalanya sama dengan tahap Akut, hanya saja penyebabnya adalah zat-zat seperti antralin, tretinoin, etile oksida dan termasuk pula bulu serangga yang terbang pada malam hari. Dan pada DKI Kumultaif, penyebabnya lebih “rendah” seperti deterjen, sabun, pelarut dan bahkan tanah.
Perlu diketahui bahwa beberapa bahan tidak cukup kuat untuk mampu menimbulkan dermatitis kecuali ada faktor lain sebagai penunjangnya. Selain itu, tidak serta merta apabila Anda hari ini terkena larutan asam sulfat lalu hari ini juga terkena radang. Bisa jadi kelainan itu muncul setelah berhari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Semua bergantung pada frekuensi kontak dan ketebalan kulit Anda sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H