Mohon tunggu...
Andre VincentWenas
Andre VincentWenas Mohon Tunggu... Politisi - Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta

Merilis kajian di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Indonesia Emas, Ada yang Terabaikan di Segmen Anak Berkebutuhan Khusus

22 Oktober 2023   15:48 Diperbarui: 22 Oktober 2023   16:00 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: ilustratif, Tribunnews.com

Indonesia Emas, Ada yang Terabaikan di Segmen Anak Berkebutuhan Khusus

Oleh: Andre Vincent Wenas

Indonesia emas adalah sasaran dalam tiga masa kepemimpinan nasional ke depan. Saat ini kita sedang "menjemput" apa yang disebut dengan bonus demografi. Sekarang mereka ada di generasi Z dan milenial.

Tapi dari sekian banyak anak muda kita, ada segmen yang juga berhak mendapat perhatian, yaitu mereka yang berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus. Apa itu?

Kita biasa mendefinisikan mereka dengan tuna-netra, tuna-rungu, tuna-grahita, tuna-daksa, tuna-laras dan lain-lainnya.

Dalam perbincangan dengan Hasratman, 31 tahun, ia seorang psikolog muda yang berdomisili di Kota Cirebon, kita jadi sadar ada jumlah yang cukup signifikan di segmen ini.

Kebanyakan mereka yang ada di segmen berkebutuhan khusus ini tidak tercatat dalam statistik kota. Sehingga membaca segmen "tuna" ini dan itu di sebuah daerah sering jadi tidak relevan lantaran datanya tidak update sekaligus tidak akurat.

Mengutip info dari sebuah media, Hasratman mengatakan, "Ada sekitar 13 ribu siswa di tingkat SD di Kota Cirebon yang tidak bisa membaca. Nah, mereka ini perlu untuk dibantu secara khusus untuk mengakrabi aksara."

"Perlu disiapkan sekolah-sekolah inklusi, yaitu sekolah umum yang boleh menerima anak berkebutuhan khusus. Artinya yang guru-gurunya sudah dilengkapi pengetahuan dan ketrampilan untuk menjadi pendamping anak-anak berkebutuhan khusus. Sehingga lingkungannya kondusif bagi anak berkebutuhan khusus," kata Hasratman lebih lanjut.

Ia menyelesaikan pendidikannya sebagai seorang psikolog yang kemudian terpanggil untuk jadi praktisi pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Kuliah di Universitas Abdurrab, Fakultas Psikologi di Pekanbaru, Riau, selesai tahun 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun