Rocky Gerung dan Korupsi BTS, Kok Beda?Â
Sikap Parpol TerhadapOleh: Andre Vincent WenasÂ
Partai politik besar sudah mengutuk hinaan Rocky Gerung terhadap Presiden Joko Widodo. Dan banyak pihak melakukan hal sama. Bahkan mengancam untuk membawanya ke ranah hukum.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo malah menganggap hinaan Rocky Gerung itu angin lalu saja. Tidak digubris.
Anjing menggonggong khafilah tetap berlalu.
Namun ada partai besar yang sampai merasa perlu untuk mengeluarkan pernyataan resmi partai yang berisi kutukan keras bak dewa para dewa di swargaloka mengutuk seorang dedemit di nerakaloka.
Kita kagum juga dengan kutukan dewa itu yang dibarengi (secara implisit) pujian terhadap diri sendiri. Begini katanya,
"Kami mengutuk oknum dedemit tersebut, itu adalah kerusakan akhlak, suatu degradasi moral yang dibarengi kemandulan akal sehat. Dedemit itu sedang berusaha berusaha menghasut para manusia penuh akhlak (seperti yang kami contohkan) dengan ujarannya yang tendensius dan nirbudi pekerti."
Gimana, cukup keras dan mantap bukan?
Hanya saja kita heran, mengapa terhadap hinaan yang dianggap angin lalu oleh Presiden Joko Widodo itu, mereka menampakkan wajah api murka yang tak bisa didinginkan oleh es di kutub selatan.
Tapi terhadap korupsi (perampokan para kaum berdasi) di proyek BTS (Rp 8,3 triliun) mereka malah bungkam seribu bahasa. Ya, mengapa? Bukankah inilah sebetulnya hinaan yang sehina-hinanya terhadap harkat dan martabat bangsa.