Mohon tunggu...
Andrew Gunawan
Andrew Gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Murid Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Bahaya Chat GPT untuk Generasi Penerus Bangsa

14 Oktober 2024   14:10 Diperbarui: 14 Oktober 2024   14:17 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Beberapa tahun terakhir, AI marak digunakan oleh masyarakat untuk membantu mereka dalam aktivitas sehari hari. Salah satu contoh AI yang paling digemari oleh masyarakat adalah Chat GPT. Sejak peluncurannya pada akhir 2022, Chat GPT menguasai industri AI dengan jumlah pengguna yang bertambah drastis banyaknya setiap hari. Pengguna AI diantaranya adalah pelajar, mereka menggunakan AI untuk riset dan media pembelajaran. Namun, informasi yang didapatkan dari AI tidak selalu benar, sumber informasi yang digunakan belum tentu terpercaya.

AI juga memberikan dampak positif bagi pendidikan generasi penerus bangsa, mereka dapat mencari informasi dengan mudah. Di sisi lain, dalam penyalahgunaan AI, pelajar dapat kehilangan daya pikir kritis dan kemampuan untuk menganalisa. Penggunaan Chat GPT menjadi salah satu isu terbesar bagi pendidik karena tugas dapat diselesaikan menggunakan AI dengan sangat mudah. Keberadaan AI checker dari ratusan platform menandakan keburukan isu penyalahgunaan AI. 

Menurut Forbes, 90% murid mengetahui keberadaan Chat GPT dan 89% menyalahgunakannya untuk mengerjakan tugas (Chris Westfall, 2023). Statistik ini menunjukkan buruknya kondisi pendidikan dengan kehadiran Chat GPT yang menghancurkan daya pikir murid. Dengan Chat GPT, siswa-siswi juga terancam melakukan aksi plagiarisme karena informasi yang dihasilkan oleh Chat GPT tidak memiliki referensi atau sumber. Kemampuan siswa untuk menulis esai juga berkurang atau bahkan hilang karena ketergantungannya pada Chat GPT.

Maka dari itu, lembaga pendidikan seperti sekolah atau universitas harus mengedukasi para siswa dan juga mahasiswa tentang dampak buruk Chat GPT. Mereka harus mengadakan sosialisasi dalam bentuk seminar yang mengenalkan mereka tentang bahaya dalam menggunakan Chat GPT untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Selain siswa, lembaga pendidikan juga harus mengedukasi para guru dan dosen agar mereka dapat mencegah dan mendeteksi penggunaan AI oleh murid.

AI memberikan dampak positif dan juga negatif namun, dampak negatif Chat GPT menutupi dampak positifnya karena penyalahgunaan AI oleh para murid. Bahaya Chat GPT itu dapat terlihat jelas karena dapat menghancurkan daya pikir dan kreativitas murid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun