Mohon tunggu...
Andrew Aldiansyah
Andrew Aldiansyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di SMA Kolese Kanisius Jakarta

Saya suka bermain badminton dan di hari libur saya meluangkan waktu untuk belajar dan bermain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membandingkan Teks Anekdot dengan Teks Cerpen

19 Mei 2023   10:34 Diperbarui: 19 Mei 2023   10:40 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berdasarkan artikel yang saya baca, Presiden ke-4 Republik Indonesia adalah Abdurrahman Wahid, yang biasa dipanggil Gus Dur. Beliau dikenal sebagai seorang presiden yang memiliki kemampuan berpidato yang baik, mampu menyampaikan kritikan dan pesan melalui cerita anekdot singkat. Sayangnya, banyak orang yang tidak sepenuhnya memahami arti dan makna dari cerita-cerita tersebut, sehingga sering kali salah menginterpretasikannya dan menimbulkan konflik di negara. Namun, artikel tersebut juga menyinggung hal menarik dan lucu mengenai intelijen di negara kita, di mana mereka kesulitan membedakan antara berdoa dan berdiskusi dalam bahasa Arab. Seperti yang kita tahu, teks anekdot adalah jenis teks yang memaparkan cerita singkat yang menarik, lucu, dan mengesankan. Teks anekdot dapat berisi kritikan terhadap kebijakan pemerintah, perilaku para pemimpin, atau kejadian tertentu. Dalam artikel tersebut, dijelaskan bahwa Gus Dur sering memberikan sindiran dan kritik melalui cerita anekdot, termasuk mengenai keprofesionalan intelijen negara yang tidak memahami bahasa Arab sehingga salah menginterpretasikan berdoa sebagai berdiskusi dalam bahasa Arab. Berikut contoh humor lain dari Gus Dur mengenai proyek jembatan surga neraka: Dalam pidato di sebuah acara, Gus Dur menceritakan tentang proyek jembatan surga neraka. Beliau berkisah tentang penghuni surga asal Indonesia yang melakukan musyawarah. "Mereka berembuk dan sepakat ingin membangun jembatan. Jembatan tersebut akan menghubungkan surga dan neraka, sehingga penduduk surga dan neraka dapat saling mengunjungi," ujar Gus Dur. Para penghuni surga dan neraka kemudian membentuk panitia masing-masing. Penghuni neraka yang ditunjuk sebagai panitia segera bekerja merancang struktur bangunan. Tidak lama kemudian, jembatan dari neraka menuju surga selesai dibangun. Namun, berbeda dengan penghuni neraka, penghuni surga yang ditunjuk sebagai panitia tidak kunjung menyelesaikan pembangunan jembatan. Bahkan, desain jembatan pun belum selesai. Para penghuni neraka pun marah dan mengeluh kepada penghuni surga. "Jembatan kami sudah selesai, sementara kalian belum melakukan apa-apa," protes para penghuni neraka. "Loh, bagaimana kami bisa mengerjakan pembangunan jembatan ini? Pimpinan proyek, pemborong, dan menteri-menteri semuanya ada di neraka," kata penghuni surga. Dari teks anekdot tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa teks anekdot memiliki beberapa fungsi, di antaranya untuk mengundang tawa pembaca, memberikan hiburan, dan sebagai sarana kritik. Oleh karena itu, bagi mereka yang tidak berani mengkritik pemerintah atau fenomena tertentu secara langsung, dapat menggunakan teks anekdot ini sebagai alternatif. Cerita anekdot tersebut dapat dihubungkan dengan situasi masa kini di sekitar kita, di mana banyak pejabat yang terlibat dalam korupsi dan "gila jabatan", sehingga mereka melupakan prinsip-prinsip kehidupan yang bersih. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Gus Dur memberikan julukan "penghuni neraka" kepada pejabat-pejabat semacam itu. Kisah dalam teks anekdot tersebut juga mengajarkan pentingnya mengambil tanggung jawab pribadi atas tindakan kita dan tidak menyalahkan faktor lain atas kekurangan kita. Sebenarnya, cerita ini memiliki dua makna yang bisa dipahami dengan cara yang ambigu. Saran yang tepat adalah menyampaikan satu makna yang jelas agar tidak menimbulkan kebingungan. (JM/20)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun