Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ironi Warga Miskin Jakarta: Mesti Bayar Air 10 Kali Lipat Dibanding Hotel Bintang Lima!

23 Maret 2021   15:53 Diperbarui: 23 Maret 2021   18:07 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ironi Warga Miskin Jakarta: Mesti Bayar Air 10 Kali Lipat Dibanding Hotel Bintang Lima!

Oleh: Andre Vincent Wenas

"Water is the driving force of all nature." -- Leonardo da Vinci.

Bertepatan dengan Hari Air Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret 2021 kita semua diajak untuk merenung sejenak tentang betapa esensialnya air bagi kehidupan 7,7 milyar umat manusia sedunia. Hari Air sedunia ini diperingati sejak 1993 lalu.

Namun kita juga mesti waspada, ada sinyalemen tentang krisis air global! Data UN Water dari PBB menunjukkan bahwa saat ini 1 dari 3 orang hidup tanpa bisa memenuhi pasokan air minum dengan aman.

Bahkan sudah diprediksi, pada tahun 2050 nanti, bakal ada sekitar 5,7 miliar orang tinggal di daerah yang kekurangan air sedikitnya selama satu bulan dalam setahun. Ini peringatan yang wajib diantisipasi oleh semua pemerintahan di dunia.

Pertumbuhan jumlah penduduk (populasi) yang semakin padat di mana-mana. Kebutuhan sandang, pangan dan papan memaksa industri dan pertanian untuk  bekerja lebih keras (lebih efektif dan lebih efisien) lagi dalam skala yang semakin besar. Dan upaya itu semua (industri dan pertanian) butuh pasokan air.

Singkat cerita, semangat pembangunan yang berkelanjutan itu senantiasa butuh pasokan air (bersih) yang cukup dan juga berkelanjutan.

Bahkan PBB pun percaya bahwa ketersediaan air (bersih) dan sanitasi  yang cukup merupakan prasyarat dari pengentasan kemiskinan, untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, serta -- tentu saja -- pelestarian lingkungan hidup.

Bayangkan saja, untuk hal yang sederhana, dalam kegiatan seputar MCK (mandi-cuci-kakus), tanpa air apa jadinya?

Sementara itu, di Jakarta terjadi situasi ketimpangan sosial yang ironis serta menyayat hati. Juga menyangkut soal air. Apa soalnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun