Ya ini sekedar sketsa, gambar yang belum jadi, masih coretan awal, meraba-raba. Tapi bukannya tanpa dasar.
Survey elektabilitas yang barusan dilakukan oleh Nusantara Strategic Network (NSN) cukup menarik. Surveynya spesifik di area Jakarta, dan metodenya tatap muka langsung dengan 400 responden.
Biasanya berbagai lembaga survey akan melakukannya dengan metode sambungan telepon kepada sekitar 1200 responden di 34 provinsi seluruh Indonesia (jadi rata-rata sekitar 35 orang per provinsi) dipilih secara random.
Memang survey ini tidak mewakili gambaran keseluruhan Indonesia. Hanya saja lantaran Jakarta adalah area yang kerap jadi 'spot-light' di blantika perpolitikan nasional, maka penting juga untuk dicermati.
Survey dilakukan pada 20-27 Februari 2021 barusan. Tatap muka dengan 400 responden yang mewakili seluruh wilayah di Jakarta. Multistage random-sampling, margin-of-error sekitar 4,9%, dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasilnya, ada tiga besar parpol yang mendominasi Jakarta: PDIP, PSI dan Golkar.
PDIP dengan tingkat elektabilitas 21,3%, disusul PSI dengan tingkat elektabilitas 14,3% dan Golkar yang mencapai 9,8%.
Ranking berikutnya adalah: PKS 8,5%, Gerindra 7,0%, Demokrat 5,5%, NasDem 4,3%, PAN 3,5%, PKB 2,8%, dan PPP 2,0%, Partai Ummat 1,3%, Perindo 1,0%, Partai Berkarya 0,8%, Hanura 0,5%, dan Gelora 0,3%.
Sisanya tidak dapat suara, dan yang tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 16,8%.
Melihat sketsa seperti ini, sampai-sampai Riandi, Direktur Program Nusantara Strategic Network diawal bulan Maret, mengambil kesimpulan sementara, "Jika digelar pemilu saat ini diprediksi PDIP dan PSI bakal menguasai Jakarta disusul Golkar."
Memang politik itu sangat dinamis, tergantung 'political behavior' (perilaku politik) partai maupun para kadernya. Kader yang sudah ada di parlemen maupun yang di luar parlemen atau pemerintahan.