Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Walk-Out yang Ngawur adalah "Contempt of Parliament"!

17 Desember 2020   16:52 Diperbarui: 17 Desember 2020   17:14 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walk-Out yang Ngawur Adalah 'Contempt of Parliament!'

Oleh: Andre Vincent Wenas

Paling tidak secara moral (etis) ulah mereka yang walk-out tanpa alasan jelas yang bisa dipertanggungjawabkan adalah suatu bentuk pelecehan terhadap lembaga legislatif (contempt of parliament).

Apalagi kalau semata-mata ngambek lantaran memusuhi perjuangan fraksi lain yang sedang berupaya menyelamatkan anggaran dari rencana legalisasi perampokan uang rakyat. Ini sangat memalukan!

Atas nama akal sehat dan hati nurani masyarakat, Badan Kehormatan DPRD mestinya bisa membawa kasus walk-out ngawur ini ke Mahkamah Kehormatan Dewan. Tapi mungkinkah? Ya mungkin saja selama masih punya harga diri dan kehormatan yang mesti dijaga bukan.

Ini bukan lagi soal PSI semata, tapi ini soal akal sehat dan hati nurani rakyat.

Kebetulan saja yang (sampai) saat ini mampu mengonversi jeritan suara rakyat untuk menjadi kebijakan publik yang berlaku bagi kepentingan umum (bonum commune atau bonum publicum) adalah fraksi kecil itu.

Sekali lagi, kebetulan saja yang (sampai) saat ini yang (masih) mampu menunaikan tugas itu adalah PSI. Kasusnya soal usulan kenaikan anggaran tunjangan jumbo yang macam-macam itu.

Kalau saja fraksi lain tidak ikut-ikutan walk-out ngawur itu, tentu saja nalar sehat publik akan tetap bersimpati pada mereka.

Namun faktanya, walaupun suara rakyat Jakarta cuma terwakili lewat 8 orang di DPRD DKI Jakarta melalui fraksi PSI, nyatanya amplifikasinya cukup keras dan berdampak. Sementara yang lain masih berusaha untuk membelokkan isu pengkhianatan amanat rakyat ini menjadi isu pengkhianatan terhadap komitmen untuk kolusi membancaki duit rakyat lewat legalisasi yang prosesnya gelap dan sama sekali tidak transparan.

Aroma pat gulipat amatlah menyengat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun