Teologi Penggal Kepala???
Oleh: Andre Vincent Wenas
Teologi, kata dari bahasa Yunani 'theos' artinya Tuhan, dan 'logia' yang maknanya 'kata-kata', ucapan, atau wacana. Disebut juga ilmu agama alias wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan.
Kalau di dalam semua agama bahwa Tuhan itu diyakini maha kuasa dan maha pengampun, lalu mengapa sementara oknum penganut agama (sebagai salah satu jalan) untuk memujaNya lalu bisa merasa lebih berkuasa dariNya dan tak bisa mengampuni sepertiNya?
Ada kemacetan dan pembelokkan berpikir dimana ini?
Bahkan lantaran sementara pihak ada yang merasa paling benar, sehingga kekuasaan Tuhan untuk menjadi hakim tertinggi tentang hukuman orang berdosa (atau imbalan tidak berbuat dosa) pun direbutnya.
'Playing God' istilahnya, bermain peran jadi Tuhan. Mungkin mengasyikkan saja bagi sementara pihak itu. Lha ya berkuasa kok, dan orang-orang yang berhasil dibodohinya itu pun jadi takluk dan taat buta atas apa pun yang disampaikan oleh para penyabot kuasa atas nama Tuhan.
Dan kerap tanpa ampun para penyabot itu mengumbar kekuasaan (power)nya dengan semena-mena, seenaknya sendiri dan dengan sangat angkuh menjadi -- seolah-olah -- Tuhan itu sendiri. Main hakim sendiri, itulah biang kerok keresahan dan kerusuhan.
Dalam negara hukum yang beradab, segala yang dianggap melanggar hak dan rasa kehormatan (kalau merasa dihina atau dilecehkan) segera laporkan pada apparat penegak hukum, penjaga kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat).
Begitu khan tata kehidupan masyarakat yang beradab. Bukan dengan adigang-adigung-adiguna mentang-mentang, lalu main ancam penggal kepala orang.
Pola pikir barbar seperti inilah yang mesti ditertibkan oleh pendidikan budi-pekerti, dan pola tindak barbarian seperti itu yang harus ditindak tegas olah aparat kemanan.