Kalau kita menerapkan teori tindakan sosial ini untuk meneropong kerja pemerintahan, maka jelaslah bahwa suatu kebijakan itu diambil berdasarkan pandangan (penglihatan, to look at) terhadap realitas masyarakat. Dan itu adalah suatu kegiatan berteori (memandang, mengambil, memasukkan) kenyataan ke dalam benak (abstraksi).
Dan dari tindakan intelektual itu turun ke bumi dalam ujud kebijakan yang bukan untuk dirinya sendiri. Maka suatu keputusan/kebijakan adalah suatu TINDAKAN sosial.
Kita juga percaya, bahwa pemerintahan sekarang tidak cuma 'omong doang'. Tapi berbuat, praktis, yang wujudnya suatu keputusan politik, kebijakan realokasi anggaran misalnya.
Kebijakan/tindakan sosial ini bisa saja diambil berdasar rasionalitas instrumental (sebagai alat) yang bertujuan menolong rakyat (juga rasionalitas etis) demi kepentingan bangsa.
Mungkin juga ada afeksi cinta pemimpin terhadap rakyatnya. Terutama pada mereka yang kecil, miskin dan terbelakang secara ekonomi.
Jadi sebagai intelektual dan pemimpin mestilah berteori, berpikir menafsirkan realitas. Supaya bisa merumuskan kebijakan yang tepat. Jangan cuma 'omong-doang' tanpa mampu dan berani bertindak cerdas, etis dan jujur.
"Experience without theory is blind, but theory without experience is mere intellectual play." -- Immanuel Kant.
02/05/2020
*Andreas Vincent Wenas*, Sekjen 'Kawal Indonesia' -- Komunitas Anak Bangsa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H