Ada banyak politisi (pejabat) yang cuma 'omong doang' tanpa 'kerja nyata' lantaran memang tidak mampu kerja. Itu sama saja dengan membual, 'pembohongan publik' istilah populernya.
Bahkan Napoleon Bonaparte saking kesalnya sampai mengucapkan sarkasme, "In politics stupidity is not a handicap." Atau pengakuan ala Nikita Khrushchev, "Politicians are the same all over. They promise to build a bridge even where there is no river."
Ini tentu maksudnya berbeda dengan berteori (berpikir) berdasarkan realitas (kenyataan) dan mewujudkannya dalam kebijakan praktis. Dalam praktek pemerintahan, memutuskan suatu kebijakan adalah juga suatu TINDAKAN sosial. Itu jelas.
Untuk menjelaskan, kita coba pinjam teori tindakan sosial dari Max Weber. Menurutnya, suatu tindakan hanya dapat dibilang sebagai tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan dan sekaligus berorientasi pada orang lain.
Kalau kita sekedar menyanyi di kamar mandi untuk hiburan sendiri misalnya, itu bukan tindakan sosial. Tapi manakala tindakan menyanyi kita itu dimaksudkan untuk menarik perhatian orang lain, barulah itu terbilang sebagai tindakan sosial.
Max Weber membedakan 4 tipe rasionalitas dalam suatu tindakan sosial.
Pertama, tindakan rasionalitas instrumental (berorientasi tujuan). Ini tindakan dengan perhitungan rasional demi mencapai tujuan tertentu. Misalnya, seperti orang les piano agar pintar main piano. Pengusaha itu menyeponsori politisi anu supaya nanti dapat proyek.
Kedua, tindakan rasionalitas nilai (value-rational action). Suatu tindakan yang didasari pertimbangan nilai etis, estetis, religius. Misalnya menghormati mereka yang lebih tua, membimbing yang lebih muda, demi kepentingan bangsa, mematuhi pemuka agama, demi keadilan sosial, dll.
Ketiga, tindakan afektif. Ini suatu tindakan yang lebih berdasar  emosi/perasaan. Misalnya orang yang sedang jatuh cinta akan melakukan apa saja demi cintanya.
Keempat, tindakan tradisional. Tindakan berdasar kebiasaan turun-temurun atau kelaziman di suatu komunitas. Misalnya tradisi mudik sewaktu lebaran.
Suatu tindakan sosial itu bisa dimengerti lewat penafsiran (hermeneutika) dan karenanya butuh proses pemahaman mendalam (verstehen). Kalau kita hanya meneliti perilakunya saja, tak bakal bisa mengungkap makna subyektif yang diarahkan pada yang lain itu.