Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

The Bubatgate, Intrik di Majapahit dan Skandal Politiknya

14 April 2020   01:44 Diperbarui: 16 April 2020   12:15 9020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar diolah penulis

Konon Putri dari Kerajaan Sunda bernama Dyah Pitaloka itu cantiknya luar biasa. Dikagumi banyak lelaki di sebelah barat Pulau Jawa. Dan kabar tentang kemolekannya bertiup sampai ke ujung timur. Sampai akhirnya terdengar oleh Maharaja Majapahit, Hayam Wuruk.

Utusan pun dikirim, untuk melamar sang putri jadi permaisurinya. Raja Sunda senang bukan kepalang. Majapahit cooyy... penguasa properti, korporasi terbesar di Nusantara, datang melamar.

Ini kesempatan dong, untuk mengamankan diri dan sekaligus bisa merger. Bahkan terbuka kemungkinan untuk bisa jadi konglomerasi atau kongsi partai raksasa. Dan bersama-sama bisa menghegemoni banyak kerajaan lain. Semacam JV (joint venture)-lah begitu.

Untuk detil sisi ilmiah kesejarahannya sila baca buku yang ditulis Prof.Dr. Agus Aris Munandar, 'Gajah Mada, Biografi Politik' terbitan Komunitas Bambu, tahun 2010. Sangat menarik, banyak interpretasi peristiwa sejarah yang baru, paling tidak baru buat saya. Tapi kali ini kita tidak bicara tentang disiplin kepurbakalaan.

Di ruang kecil ini kita hanya mau cerita bebas saja. Juga belajar dari beberapa fenomena sejarah itu sambil menarik hikmah politik. Dari intrik politik di sekitar peristiwa yang disebut dengan Perang Bubat.

Memahami suatu peristiwa sejarah memang menarik dan menantang daya intelegensi yang tinggi. Mesti mencermati konteks peristiwa, latar belakangnya, aktor-aktornya dengan segala kepentingannya, struktur organisasi dan jaringan-jaringannya yang kerap menjelimet. Seperti kerja detektif.

Cerita berlanjut. Raja Sunda pun berangkat mengantar sendiri putrinya bersama rombongan delegasi, lengkap dengan paspampres Kerajaannya. Sampailah di desa Bubat dan beristirahat disana sambil menunggu kedatangan Hayam Wuruk untuk menjemput. Begitu SOP-nya jika mau merger dalam posisi setara.

Tapi apa lacur, yang datang bukan Presdir atau Ketua Partai alias Sang Raja, tapi Sekjen atau GM-nya.

Amangkubhumi Mahapatih Gajah Mada yang datang sambil membawa proposal yang berbeda. Dyah Pitaloka harus diserahkan sebagai selir, bukan calon permaisuri.

Klausul ini sebagai tanda takluk Kerajaan Sunda di bawah kekuasaan Majapahit. Pembicaraan di meja perundingan... atau kalau tidak di meja ya duduk bersila di lantai perundingan itupun memanas. Kandas.

Sampai disini kita sudah tahu akhir ceritanya, bukan merger antara dua korporasi, tapi ternyata yang lebih kecil mau diakuisisi. Bahkan terjadi semacam 'hostile take-over', lewat skandal di Bubat. The Bubatgate.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun