Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Tutup Mulut dan Tidak Nyinyir

6 April 2020   16:40 Diperbarui: 6 April 2020   16:46 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Gerakan Tutup Mulut dan Tidak Nyinyir*

Oleh: *Andre Vincent Wenas*

Situasi krisis membuat sumbu jadi pendek. Cepat meledak, cuma gara-gara soal sepele. Sepele atau cetek lantaran memang pemikirannya yang dangkal.

Nasihat nenek dulu, pikir dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna, atau hati boleh panas tapi kepala mesti tetap dingin, pikir dua tiga kali baru bertindak. Sudah berubah jadi gaya preman, pukul dulu kalo salah (dan seringnya ngawur) baru minta maaf kemudian.

Memang betul bahwa banyak orang miskin yang terancam kelaparan. Tapi janganlah mereka cuma dijadikan komoditi untuk politisasi murahan. Sementara yang mengumbar-umbar kesusahan rakyat miskin itu malah tidak berkontribusi apa-apa.

Mereka mengeksploitasi kesusahan (dan beberapa kasus kemarahan rakyat yang agak emosional) hanya untuk memanas-manasi situasi. Mendiskreditkan pemerintah yang sedang susah payah mendistibusikan bantuan, terutama untuk rakyat lapisan bawah.

Bukankah lebih baik ikut menyejukan suasana, agar sistem sosial politik kita bisa berpikir cerdas dan bertindak bijaksana dalam suasana yang sedang genting seperti ini? Berikanlah sedikit ruang kelegaan bagi kita semua.

Kalau pun tidak bisa memberi bantuan, minimal tidak usil mengganggu proses nasional yang sedang bergulat mengatasi prahara ini. Dengan diam dan tutup mulut misalnya. Atau mengendalikan jarinya supaya tidak meneruskan pesan-pesan buruk dan menakut-nakuti masyarakat. Bisa khan? Gampang dan gratis kok.

Soal agenda politik di Pilkada Serentak 2020 dan Pemilu 2024, biarlah rakyat yang  menilai, mana saja yang dengan simpatik membantu pemerintahan yang sah saat ini dalam memperjuangkan keselamatan bangsa keluar dari prahara Covid19. Bukan mana yang paling nyinyir dan malah menghina Kepala Negara.

Kita isolasi dulu kebencian dan dendam di hati (kalau ada), dan lockdown mulut serta jari untuk tidak menghina dan nyinyir. Ini saatnya bersatu, kita sedang menghadapi musuh bersama. Ingatlah virus itu tidak pegang paspor dan bukan kader partai. Jadi dia tidak pandang bulu, semua bisa dihajarnya. Banyak anak bangsa yang sudah jadi korban, kasihanilah mereka juga keluarga dan handai taulannya.

Kritik sih boleh saja, sampaikanlah dengan argumen-argumen yang masuk akal. Bukan menghina simbol negara, nanti aparat negara yang akan bergerak. Mungkin pribadi yang dihina tidak ambil pusing, tapi proses hukum khan terus berjalan. Bisa repot jadinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun