Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Industri Gula Indonesia, Kenangan Manis yang Jadi Pahit?

11 Maret 2020   01:23 Diperbarui: 11 Maret 2020   01:23 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Periode tahun 1930-an, ada 179 pabrik pengolahan tebu menjadi gula kristal. Dengan hasil produksi 3 juta ton gula per tahun. Dan saat itu surplus produksi sehingga bisa jadi salah satu eksportir gula terbesar di dunia.

Dalam perjalanannya, diakhir dekade ada krisis ekonomi itu dan mengalami penurunan harga gula. Akibatnya, industri gula sempat rontok, dan baru pada akhir dekade tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun.

Situasi baru agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93 pabrik dengan kemampuan produksi 1,5 juta ton per tahun. Setelah Perang Dunia II, tersisa 30 pabrik yang aktif.

Pada persiode tahun 1950-an Indonesia masih menjadi Indonesia eksportir netto gula. Masuk di tahun 1957 semua pabrik gula dinasionalisasi. Sekarang ada sekitar 60-an pabrik gula yang dikelola BUMN dan swasta.

Lalu, sejak 1967 sampai sekarang Indonesia kembali menjadi importir gula. Bahkan saat ini mungkin jadi salah satu importir gula terbesar di dunia.

Cerita pergulaan nasional seperti ini sebetulnya adalah cerita lama. Setiap tahun berulang terus. Sudah lebih setengah abad, cerita impor gula diputar ulang, seperti kaset rusak.

Memang impor gula sekarang ini diatur supaya tidak mengimpor dalam bentuk gula jadi. Tapi diimpor dalam bentuk gula mentah. Alasannya supaya ada nilai-tambah, utamanya segi tenaga kerja, dalam proses rafinasi (memurnikan) gula mentah menjadi gula jadi.

Munculah industri gula rafinasi. Sejak tahun 2004 industri gula rafinasi memulai kiprahnya di Indonesia. Sekarang di tahun 2020 sudah ada 11 pabrik gula rafinasi.

Industri gula rafinasi ini sebetulnya awalnya dimaksudkan sebagai industri sementara demi memenuhi kebutuhan domestik yang mendesak. Lantaran belum atau tidak bisa dipenuhi oleh produksi lokal.

Masalahnya ada di 'on-farm' atau perkebunan tebu yang luasannya tidak bertambah, bahkan mengerut, dan budi-daya tanamannya yang tak ada peremajaan atau penelitian teknis maupun varietas unggulan lagi.

Maupun 'off- farm' atau di pabrik pengolahan yang sudah uzur dan tidak efisien lagi. Kebanyakan pabrik dan mesin peninggalan jaman kolonial dengan manajemen yang bergaya kekolonialan pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun