Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Trias-Politica Jadi Trias-Corruptica di Negara Kleptokrasi

11 Februari 2020   15:00 Diperbarui: 12 Februari 2020   13:12 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre Vincent Wenas

Begitu sulitnyakah untuk memahami bahwa bancakan APBD yang terjadi sekarang bukanlah ulah seorang kepala daerahnya semata?

Ini bukan operasi tunggal. Ini konspirasi! Masih perlu penjelasankah siapa saja yang terlibat dalam korupsi berjamaah ini?

Tidak sulit. Tinggal soroti siapa yang mengusulkan, siapa yang punya kuasa politik (political power) untuk menyetujuinya? Juga siapa yang mengamankan jalannya operasi bancakan APBD ini.

Ada unsur (katakanlah oknum) di jajaran eksekutif, juga di kalangan legislatif, sampai judikatif.

Trias Politica telah berubah jadi Trias Corruptica! Begitu isitilah yang diperkenalkan Budiarto Shambazy dulu.

Ada Execu-thieves, ada Legisla-thieves, juga ada Judica-thieves. Semuanya maling, yang berkolaborasi membangun sistem bernama Kleptokrasi.

Dalam Trias-Politica prinsipnya adalah 'check and balances'. Saling mengawasi, demi keseimbangan kekuasaan yang diamanatkan rakyat. Amanat melalui pemilihan umum yang langsung, jujur dan adil. Politik cerdas dan politik akal sehat.

'Power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely', kata Lord Acton.

Sedangkan dalam Trias-Corruptica yang terjadi adalah 'cheque and balance-sheet'. Saling memenuhi pundi-pundi, demi melanggengkan kekuasaan yang mereka serobot dari rakyat juga lewat politik uang. Propaganda hoaks dan politik manipulasi.

'Ada uang Abang disayang, tak ada uang Abang ditendang', kata Bang Japar.

Ini permainan kotor. Dan dalam setiap permainan pasti ada pemainnya. Ada aktor-aktornya. Sederhana sebetulnya. Tinggal dipetakan segitiganya: 1) Kepala daerah (dan konspiratornya) yang mengusulkan anggaran bodong (mark-up). 2) Partai /fraksi /anggota dewan mana saja yang menyetujui anggaran bodong itu. 3) Lembaga penegak hukum mana yang bikin hukum tidak bisa tegak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun