Selain dalam dunia kerja pelaku Playing Victim juga terdapat dalam pertemanan atau persahabatan, pertemanan dalam bentuk seperti ini adalah pertemanan yang sangat toxic sekali, suka menyalahkan orang lain meskipun itu adalah teman sendiri tanpa mau mengalah dan melakukan instrospeksi diri.Â
Biasanya dalam kondisi seperti ini sipelaku Playing Victim akan melakukan pembenaran dengan melakukan hasutan terhadap teman yang lain agar dirinya merasa paling benar dan patut untuk dikasihani.Â
Pelaku Playing Victim dalam sebuah pertemanan akan penuh dengan kobohongan serta hasutan dan ghibahan, ia akan bercerita berdasarkan perspektif mereka sendiri, ia tidak akan peduli apakah yang ia sampaikan itu berpengaruh terhadap orang lain karena baginya yang terpenting korban selalu salah dimatanya.
Playing victim dalam hubungan Pasangan
Berada dalam sebuah hubungan toxic dengan pelaku Playing Victim memang sangat memperihatinkan, pelaku Playing victim dalam hubungan pasangan bisa saja kita temui baik itu dalam hubungan suami istri atau hubungan pacaran.Â
Pelaku Playing Victim akan selalu merasa paling benar, memposisikan diri sebagai korban dan seringkali bersikap mengundang simpati orang lain agar dianggap paling benar.Â
Dalam hal ini pelaku Playing victim akan bercerita kepada orang lain atau teman dekatnya bahwa ia sedang teraniaya oleh pasangannya, ia akan bercerita bagaimana layaknya sebagai korban yang memerlukan dukungan moril. Seseorang yang mempunyai mental sebagai Playing victim tidak akan pernah merasa cukup bahkan lebih cendrung bersikap emosional.Â
Pelaku akan lebih fokus terhadap suatu permasalahan padahal pencetus kesalahan tersebut adalah dari dirinya sendiri, mereka sebagai pelaku Playing victim dalam hal ini akan sangat sulit menghargai perjuangan seseorang dan moment-moment bahagia dalam hidup mereka.
Dari ketiga hal diatas ditarik kesimpulan bahwa Aktor Playing Victim pada dasarnya tidak mau disalahkan meskipun kesalahan tersebut berasal dari dirinya sendiri, mereka cendrung akan melakukan segala bentuk pembenaran agar dianggap paling benar, menyalahkan apapun kecuali dirinya. Para pelaku adalah orang yang ahli dalam manipulasi dan bermain drama.
Melakukan instrospeksi diri adalah salah satu langkah penting tanpa harus menyalahkan orang lain, meminta maaf atas sebuah kesalahan lebih baik agar dapat meminimalisir mental Playing victim yang telah mendarah daging ketimbang selalu merasa menjadi korban, untuk itu berhentilah menjadi Aktor Playing Victim karena hal tersebut bagaikan dua mata pisau yang dapat melukai keduanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H