Halo Kompasianer !!!
Perkenalkan, saya Muhammad Fimry Andre Setiawan, mahasiswa aktif di Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta, Program Studi D4 Pengelolaan Perhotelan. Sekaligus penerima Beasiswa Unggulan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2019.
Pada Kesempatan kali ini, saya ingin berbagi pengetahuan kepada kompasianer, mengenai salah satu icon dan salah satu bangunan bersejarah di kota kelahiran saya di Banjarmasin.
Tak hanya sebagai bangunan bersejarah, mesjid ini juga menjadi kebanggan warga Banjarmasin dan Kalimantan Selatan, dengan memiliki kapasitas yang sangat luas dan lebar maka setiap kali ada perhelatan khusus, seperti sholat idul Fitri, Idul Adha, Taraweh dan acara besar Islam lainnya.Â
Bahkan ketika acara Hari raya, ruang induk pun tak mampu menampung banyaknya jumlah jamaah yang berdatangan untuk melaksanakan ibadah di sana. Halaman mesjid yang sangat luas pun dimanfaatkan sebagai ruang tambahan untuk menampung jamaah yang ingin melaksanakan ibadah di sana.
Sedikit banyak sudah kita membahas tentang mesjid ini, namun saya belum memberi tahu nama mesjid dan lokasinya. Mesjid ini Bernama Sabilah Muhtadin, berlokasi di Banjarmasin tepatnya di Jl. Jenderal Sudirman no. 1 Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Sejarah Singkat mengenai Masjid Raya Sabilal Muhtadin :
Kalimantan Selatan yang sebagian besar masyarakatnya adalah penganut agama Isam yang taat (97,5 %) sejak lama bercita-cita mempunyai sebuah Masjid Raya yang dapat dibanggakan dan digunakan pada saat ini dan akan datang. Hal ini mendapat dukungan dari para pemuka, alim-ulama dan tokoh masyarakat.Â
Kemudian berkumpullah tokoh seperti Bapak H. Hasan Basry (Mantan Pangdam), Bapak H. Maksid (mantan Gubernur KDH), Bapak M. Yusi (mantan Pangdam) dan sejumlah ulama dengan sepakat membulatkan tekad untuk membangun sebuah Masjid Raya yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Islam dalam arti luas bertempat di Kota Banjarmasin.Â
Setelah pemilihan lokasi ini disepakati dengan bantuan perancanaan team ahli dari ITB Bandung dilakukan peletakan batu pertama oleh Bapak H. Aberani Sulaiman (Gubernur) dan Bapak Amir Machmud (Pangdam X) sebagai titik awal yang dicita-citakan pada tahun 1964. namun karena beberapa hambatan, seperti meletusnya G 30/S PKI dan mutasinya beberapa pejabat penting, tokoh penggerak, rencana pembangunan Masjid Raya ini tertunda.
Baru tahun 1974, rencana pembangunan Masjid Raya dimulai kembali, oleh Bapak Gubernur Soebardjo yang menunjuk PT. Griya Cipta Sarana sebagai perencana dan PT. Barata Metelworles sebagai pelaksana pembangunan, dan pemancangan tiang pertama dilakukan Gubernur Soebardjo tanggal 10 Nopember 1974. untuk pertama, pada tanggal 31 Oktober 1979, Masjid Raya dipergunakan umat Islam untuk kegiatan Idul Adha 1344 H.Â