Mohon tunggu...
R. ANDRY DANOESUBROTO
R. ANDRY DANOESUBROTO Mohon Tunggu... Wiraswasta - Antivirus Analyts

Tinggal di Lampung, CEO sebuah perusahaan Internasional Freight Forwading

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Naik Heli Hanya Buat Beli Bubur Ayam Pinggir Jalan....

31 Agustus 2010   20:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapa sih yang tidak kenal dan tahu macet,apalagi mereka yang tinggal di Ibukota, Jakarta. Macet adalah menu sehari-hari yang hingga kini telah menjadi sebuah masalah nasional, namun belum  dapat diselesaikan. Namun, tahukah kita, jikalau macet merupakan suatu penyakit menular dan sungguh berbahaya bagi kita. Memang, penulis tidak tinggal di ibukota, namun dari banyak info dan sumber yang didapat, sungguh sudah diluar perasaan penyakit macet yang menyerang Jakarta.

Kini, macetpun telah menular kedaerah-daerah sekitar, mungkin jangan ditanya bagaimana kondisi sekitar Jakarta, tentunya serupa tapi tidak sama. Nah, ini juga mengenai kondisi daerah Bandar Lampung (Lampung) telah terkena penyakit menular macet. Entahlah, asal sumber penyakit macet itu, pasti kemungkinan berasal dari negara-negara maju tentunya. kondisi yang ada di Bandar Lampung serupa namun tidak sama, jika melihat penyebabnya, yang utama adalah "Jalanan yang Rusak Parah", lalu "Tidak tertibnya pengguna kendaraan bermotor baik roda 2 juga roda 4", dan masih menurut analisa penulis, sudah harus dibangunnya "tollinnercity/flyover" sebelum jalanan di Bandar Lampung terkena tumpahan para produsen kendaraan bermotor yang memang sangat gencar melakukan aksi "penjualan" yang menggiurkan dan membuat "ngiler" tanpa mempedulikan kondisi serta keadaan jalan.

Jika kita telah terkena macet, hati-hatilah, karena beberapa penyakit mendadak akan muncul dari tubuh kita sendiri. Dari penyakit narsisme,sosial bug, emosional tingkat tinggi, egoistik, bahkan hingga ke ras dan finansial. Bahkan, kini, sudah mulai banyak, kendaraan-kendaraan yang merasa berkuasa di daerah, menggunakan pengawalan untuk membuka jalan agar cepat sampai tanpa rintangan macet. Itu belum seberapa, nantinya jangan heran jika naik Helikopter kesekolah, akan menjadi pemandangan keseharian di Ibukota kita atau juga belanja sehari-hari, ke pasar tradisonal, bahkan sekedar membeli bubur ayam atau nasi goreng dipinggir jalan pun menggunakan Heli, dan tentu, akan menular juga ke daerah sekitarnya, termasuk daerah penulis tinggal. Tinggalah, mereka rakyat biasa, kembali dibuat "iri",dibuat "panas" dan dibuat "buat".

Nah, sebelum penyakit tersebut menjadi suatu wabah nasional, serta (telah terjadi) pemanasan global akibat macet, bergegaslah, hendaknya para pakar lalu-lintas dan ahli rekayasanya agar membenahi sektor hubungan darat ini, atau memang sengaja, dibiarkan dahulu, sampai nanti tahun 2014?. Sepertinya memang pemerintah tidak sungguh-sungguh dalam memperhatikan sektor hubungan darat ini. Yang disungguh-sungguhkan hanyalah mengejar pajak para pengguna jalan, namun kenyamanan dan fasilitas serta keamanan para pengguna jalan dan juga hak-hak pengguna jalan dianggap angin lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun