Mohon tunggu...
R. ANDRY DANOESUBROTO
R. ANDRY DANOESUBROTO Mohon Tunggu... Wiraswasta - Antivirus Analyts

Tinggal di Lampung, CEO sebuah perusahaan Internasional Freight Forwading

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menanti Langkah Kolonel Khadafi

15 September 2011   23:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:55 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menanti Langkah Kolonel Khadafi


Saat ini Libya benar-benar runtuh dan hancur, namun menariknya justru Libya dijadikan suatu kajian strategis dibeberapa negara di dunia atau mungkin saja di tanah air kita sendiri. Kemenarikan negara dari Afrika Utara itu bukan karena bukan karena kehebatan pemberontaknya atau bukan pula kepintaran para pemikir dan ahli strategi dari pemberontak, justru dilihat dari sang Revolusioner itu sendiri, Muamar Khadafi dan mereka yang ada disekitarnya.


Memang tidak semua mereka-mereka yang ada disekitar Kolonel Khadafy dapat dijadikan kajian, banyak para jenderal besar serta para pejabat tingginya yang membelot atau berkhianat. Bahkan tidak sedikit disaat-saat kritis dan genting sebagian mereka berbalik arah, memihak para pemberontak. Namun nampaknya hal-hal tersebut tidak banyak artinya bagi sang Kolonel. Dengan keyakinan serta rasa dendam yang membara, kita sepertinya melihat perang di Libya tidak berhenti sampai disini.


NTC sebagai organisasi yang melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan sah di Libya, mendapat dukungan dari beberapa negara besar di dunia. Bahkan saat ini, mereka juga telah mengakui NTC sebagai pemerintahan sah di Libya. Dukungan terhadap NTC bukan saja moril, tetapi jumlah dolar yang tidak sedikit, bahkan beberapa negara pendukung NTC, justru keadaan ekonomi dalam negerinya sendiri sedang mengalami goncangan. Namun tentu mereka tidak akan peduli, karena dalam waktu sebentar saja, negeri Libya dapat mereka kuras seluruh kekayaannya. Sebagaimana kita ketahui, NTC sudah menjanjikan Minyak sebagai hadiah serta pesangon bagi negara pendukungnya.


Lalu, duniapun sedang berpikir, mencari, menganalisa serta menggunakan berbagai upaya untuk mengetahui dimana saat ini Kolonel Muamar Khadafi. Khadafi tentu berbeda dengan Saddam Husein. Dia tidak akan mau dan ingin untuk menjadi Saddam, bersembunyi didalam bunker dengan hanya diam dan menanti kematian menjemput. Lihatlah, rekaman Khadafi dari tempat yang dirahasiakan, entah sudah berapa kali menyuarakan perlawanan terhadap NTC.


Saat ini, situasi sang Kolonel telah berubah, jika dulu di menyebut NTC sebagai Tikus, namun saat ini NTC lah yang menyebutnya Tikus. Jika dulu NTC sebagai pemberontak, maka sekarang ini, justru Khadafy disebut sebagai pemberontak. Dulu NTC diburu dan dibasmi, saat ini ironisnya diri dan keluarga Khadafi lah yang terus diburu dan ingin cepat dimusnahkan dari muka bumi ini. Memang nasib, dan takdir seseorang tidak dapat ditebak dan diramal, dengan kekuasaan dan berlimbah segalanya selama kurang lebih 40tahunan, kini keadaan sang Kolonel berubah 180 derajat.


Walau nasib Khadafi seperti saat ini, namun hampir semua negara di kawasan Afrika menghormati dan sangat segan terhadap dirinya. Sejarah mencatat bahwa, hubungan baik dan dukungan yang diberikan Khadafi bagi Afrika, telah mengangkat citra dan derajatnya dimata para pemimpin afrika. Khadafi memang telah memutuskan untuk tidak berhubungan dengan bangsa arab yang telah membuatnya banyak menelan kekecewaan dan sakit hati.


Karenanya walau kepemimpinan Khadafi telah runtuh, namun bukan saja NTC, Amerika, dan negara-negara lainnyapun, masih tidak pernah tenang sebelum sang Kolonel berhasil ditangkap atau dibunuh, Boleh dikata, menurut mereka, Khadafi adalah ancaman kedua setelah Osama dengan Al-Qaedanya. Kita semua menunggu apa yang akan dilakukan oleh Kolonel Muamar Khadafi dengan situasi dan keadaan yang menurut kita tentunya tidak menguntungkan baginya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun