Politik Adu Domba, mungkin hanya berlaku di Indonesia dan beberapa negara yang menganut asas "kompeni". Namun saat ini, dunia sedang melirik daya tarik adu semut yang dilakukan oleh negara besar terhadap sikembar Korea. Sedih, rasanya melihat apa yang ditimbulkan akibat dan dampak perang. Ada jutaan keluarga yang terpisah dan tidak pernah tahu dimana, siapa saudara mereka. Terjadi akibat terpecahnya korea menjadi dua bagian.
Kita sesungguhnya tidak pernah tahu dan mengerti akan apa yang terjadi pada mereka. Namun setidaknya dari banyak pemberitaan dan informasi dimedia, tentunya ada sedikit pencerahan yang dapat kita terima mengenai masalah korea ini. Lalu, mengapa dua korea yang satu ngotot ingin bergabung dan yang satu keras kepala ingin berperang.? Tentunya kita semua maklum dan "nerimo" karena adanya negara pengadu semut tadi, dibelakang mereka.
Tentu semua tahu, bahwa pasokan ekonomi Korea Utara didukung oleh Cina. Sedangkan sektor ekonomi Korea Selatan ditunjang oleh Amerika Serikat. Kemudian, Korea Utara, dibantu para pelaku pasar Gelap dalam hal persenjataan karena Korut memang sedang mengalami embargo militer. Sedang saudaranya, Korea Selatan, disupport penuh oleh Amerika Serikat beserta sekutunya.
Kita lihat lagi, bagaimana perkembangan dunia saat ini.? Bagi pembuat, pemasok dan penjual senjata serta peralatan perang, tentunya doa dan harapan mereka adalah, ada negara yang berperang, sehingga bisnis mereka dapat berjalan, atau sekedar ingin melihat kemampuan tempur alat-alat terbaru mereka. Lihatlah, bagaimana uji coba peralatan tempur baru pada saat "Operasi Badai Gurun", atau pada perang yang tak kunjung padam di Afganistan, Irak, Pakistan serta pada daerah Palestina. Siapa yang berperan.? Siapa yang menanam Angin..? dan Siapa yang menuai Badainya.?
Bagaimana dengan peranan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).? tentu, kita semua tahu, peranan PBB akan mati dan tak berdaya apabila sudah berada pada tangan dingin Dewan Keamanan. Sungguh lucu, organisasi besar seperti PBB, tunduk dan bertekuk lutut karena "Veto". Peranan dan fungsi PBB, tidak akan mampu bila sudah meliputi apa yang dinamakan "Militer". Bagaikan waria yang terkena Razia Pol PP, PBB pun lari pontang panting, dan kesana-kemari apabila terdengar adanya unsur "Militer", "Veto", dan "Amerika Serikat". Ketiga kata kunci (keyword) itu, struktur organisasi yang katanya, Sidang Majelis Umum adalah kekuatan tertingginya, tidak berdaya menghadapi Dewan Keamanan.
Tentu kasian akan nasib rakyat di negara yang diadu tersebut. Kita semua tentu pernah mendengar, betapa sulit dan mencekam, bila keadaan negara dalam kondisi siaga perang. Bagaimana nasib dan masa depan para balita.?, remaja-remaja, wanita-wanita.? warga sipil umumnya.? Namun, sayangnya tidak ada yang mampu menghentikan para pengadu semut ini, dalam bertanding mengadu masing-masing semut api mereka.
Mungkin hanya satu jalan yang dapat dipergunakan oleh Korea guna menghindari diri dari diadu bagai semut, yakni, mencoba untuk Re-unifikasi. Bukankah mereka adalah kembar, yang hanya terletak perbedaan ideologi, prinsip dan pandangan kedepan, namun akar,bibit dan budaya serta nenek moyang mereka adalah satu. Semua negara, semua masyarakat dunia yang waras, tentu tidak menginginkan terjadinya perang diantara duo Korea itu, terutama kita yang memang tinggal dalam kawasan benua asia. Walau Korea yang dirindung perang, namun dampak dan akibat yang terjadi tentu sangat akan luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H