Mohon tunggu...
R. ANDRY DANOESUBROTO
R. ANDRY DANOESUBROTO Mohon Tunggu... Wiraswasta - Antivirus Analyts

Tinggal di Lampung, CEO sebuah perusahaan Internasional Freight Forwading

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Berlalu Lintas Menentukan Cara Kita Mati

30 Oktober 2014   16:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:10 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kematian adalah suatu hal yang pasti, karena setiap yang hidup pasti akan mati. Tidak ada teori yang mampu menyangkal mengenai kematian. Namun tentu kematian yang bagaimana yang kita inginkan.?

Cara ataupun jalan untuk menuju kematian setiap manusia di bumi ini, tentu berbeda-beda. Kita sering bahkan teramat sering mendengar tentang cara matinya seseorang, dari yang dianggap aneh, jarang ditemui, mengerikan, tragis, menyakitkan, dan kematian yang sia-sia serta lainya sebagainya.

Kita ketahui, saat ini angka kecelakaan akibat berlalu-lintas semakin tahun semakin memperihatinkan. Dan juga bagi kita yang sehari-harinya menggunakan moda transportasi darat, dapat melihat bagaimana cara mereka berkendaraan saat ini, satu kata "mengerikan".

Entah tidak mengetahui aturan berlalu-lintas, atau memang tidak peduli, atau juga menganggap remeh, para pengendara kendaraan baik roda empat dan juga roda dua, termasuk kendaraan-kendaraan berat, tidak akan mematuhi aturan lalu lintas, kecuali ada petugas kepolisian yang berjaga.

Negara kita termasuk peringkat 5 dunia dalam angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas.  Setidaknya dalam hitungan jam terdapat 12 kasus kecelakaan lalu lintas yang merenggut nyawa sebanyak 3 orang, sementara setiap harinya, 69 nyawa melayang akibat kecelakaan  di jalan raya.

Sementara dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh terbesar ketiga di Indonesia, mengikuti setelah penyakit jantung koroner dan tuberkulosis (TBC).

Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya dan kelalaian manusia, menjadi faktor utama terjadinya peningkatan kecelakaan lalu lintas.

Data pada Kepolisian menyebutkan, pada tahun 2012 telah terjadi 109.038 kasus kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak 27.441 orang, dengan potensi kerugian sosial ekonomi sekitar Rp 203 triliun - Rp 217 triliun per tahun. Sedang tahun 2011, terjadi sebanyak 109.776 kecelakaan, dengan korban meninggal sebanyak 31.185 orang.

Data kasus lakalantas yang tercatat dalam Operasi Ketupat selama periode 22 Juli 2014 hingga 6 Agustus 2014 sebanyak 3.057 kasus.

Jumlah kecelakaan lalu lintas dalam arus mudik dan arus balik Lebaran 2014 lalu turun sebanyak 618 kasus atau sekitar 17 persen, bila dibandingkan dengan tahun 2013 lalu yang mencapai 3.675 kasus.

Meski dalam beberapa laporan menyebut bahwa angka kejadian kecelakaan ditemukan menurun dari tahun ke tahun, namun persentase angka sebab kematian dari kasus kecelakaan tetap meningkat.

Angka dan kasus tersebut diatas tentu merupakan analogi fenomena gunung es yang muncul di permukaan.
Tentu kematian akibat kecelakaan lalu lintas merupakan kematian yang tidak kita inginkan,tidak ada yang mau memilih seperti itu, bahkan untuk seorang pembalap Formula 1 dan atau MotoGP pun, bila ditanya ingin mati dengan cara apa, maka mustahil menjawab ingin mati kecelakaan.

Mereka yang berkendara kendaraan tidak pernah mau memahami betapa penting nyawa, dibanding dengan apa yang mereka kejar.

Bahkan saat ini, berkendara kendaraan di kota-kota besar, sudah seperti berkendara dalam kondisi medan perang. Terkadang, kita sudah mengalah bahkan mengikuti rambu lalu lintas, justru kita yang disalahkan.

Nah, perilaku dan cara berlalu lintas kita sehari-hari, menentukan cara kematian kita. Karena menurut data dan banyak penelitian mengenai kecelakaan di tanah air, nyaris semua analisa, mengatakan bahwa, perilaku dan tata cara para pengendara kendaraan lah, yang menjadi penyebab nomor satu malaikat mencabut nyawa mereka di jalan.

Sekarang, pilihan ada di kita sendiri, ingin mati di jalan dengan cara tragis dan ironis, ataukah ingin memilih kematian dengan cara yang menyejukkan dan tenang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun