Mohon tunggu...
Andre Nugroho
Andre Nugroho Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

suka mancing, tertarik dengan dunia podcast, sedang tertarik dengan dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pengalaman vs Teori

17 Maret 2023   16:19 Diperbarui: 17 Maret 2023   16:42 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

"Ah Teori..." kalimat yang sangat viral dan sering sekali diucapkan pada masanya, jika kita tau tentang kalimat tersebut, usia kita tidak berbeda jauh berarti, hahahha.. sungguh menjengkelkan dan membuat kita merasa direndahkan jika ada lawan bicara kita yang mengatakan hal demikian kepada kita, mengapa? ibarat pepatah "tong kosong nyaring bunyinya" itulah ungkapan untuk orang yang hanya pandai berbicara namun tidak mampu mengerjakan/melakukannya. Bagi sebagian orang, mungkin kalimat tersebut hanya dianggap candaan dan celetukan semata, namun jika kita menelaah lebih jauh, sungguh tersirat makna yang dalam dari sekedar dua kosa kata tersebut. Ada baiknya kita melihat ke dalam diri kita dan melakukan instrospeksi diri kita jika ada orang yang mengatakan hal tersebut kepada kita, jangan sampai kita malah menganggap itu lelucon semata yang berdampak tidak baik dan merugikan kita dalam jangka waktu panjang jika kita membiarkannya.

Akan tetapi bukankah teori itu penting juga dalam kehidupan kita? bahkan sangat penting sekali menurutku, disadari atau pun tidak, dari sejak kecil kita sudah bergelut dan diwajibkan berkecimpung dengan teori-teori semata, mana buktinya? SEKOLAH, ya kita dihadapkan dengan kenyataan yang cukup memprihatinkan, betapa tidak, saat usia kita memasuki usia lima tahun, orang tua kita disibukan dengan mendaftarkan diri kita untuk bisa masuk TK (taman kanak-kanak) bahkan saat ini ada juga jenjang play group diusia empat tahun guna mempersiapkan anak-anak supaya lebih siap dan cakap ketika memasuki jenjang taman kanak-kanak begitu seterusnya sampai kita lulus SD, SMP, dan SMA, pendidikan wajib 12 tahun. Setelah itupun kita masih diberikan alternatif untuk melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu kuliah dimana untuk menyelesaikan jenjang strata satu (S1) membutuhkan waktu kurang lebih empat tahun dengan catatan lancar tanpa ada pengulangan akibat nilai ada mata kuliah yang tidak lulus. setelah itupun masih ditawarkan lagi untuk melanjutkan studi sampai ke jenjang strata tiga (S3) dimana tentu membutuhkan waktu kurang lebih empat-enam tahun lagi.

Apakah kita pernah membandingkan sistem atau kurikulum pendidikan kita dengan negara-negara lain khususnya dengan negara-negara maju yang dimana kebanyakan untuk pendidikan formalnya tidak mengutamakan penjabaran dan penjelasan teori-teori belaka , namun lebih banyak kepada loka karya dan observasi dimana untuk di Indonesia sendiri bisa kita dapatkan disaat kita duduk di bangku kuliah. Dari sini saja sudah terlihat perbedaan mendasar mengenai penerapan sistem pengajaran dan pendidikan formal yang kita dapatkan, dimana rata-rata remaja di negara-negara maju sudah lebih siap menghadapi dan memasuki duni pekerjaan dan usaha.

Membahas pendidikan formal, semua dilakukan untuk mempersiapkan diri kita dalam menghadapi dunia pekerjaan, menurut pengalamanku sendiri dalam dunia pekerjaan hanya pengetahuan umum dan keterampilan kita saja yang dituntut dalam mengerjakan pekerjaan utama kita, ketelitian, konsentrasi dan kecakapan kita dalam menelaah setiap tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada kita. dalam setiap awal kita memasuki sebuah perusahaan atau lapangan pekerjaan pun ada tahapan yang dinamakan training dan adaptasi, dimana kita diperkenalkan dengan tugas dan tanggung jawab dalam posisi kita sebagai karyawan yang ditempatkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dimana kita melamar pekerjaan tersebut. jadi intinya kita memakai prisnip "learning by doing" dimana maksud dari kalimat tersebut adalah, kita akan memahami dan mengerti apa yang harus kita lakukan dan kerjakan dengan menjalaninya saja seiring waktu berlalu, lama kelamaan kita akan terbiasa dan lebih mampu mengerjakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita. mengenai kecakapan kita, disini kita dituntut untuk meningkatkan kemampuan kita berdasarkan tingka kreativitas dan kerja pintar dari diri kita, tidak bisa hanya berharap dari atasan, teman dan keluarga kita hanya diri kita dengan kemauan dan kesadaran untuk selalu meningkatkan kualitas diri kita, jika malas maka tidak akan berkembang.

Jadi kesimpulannya adalah semua tidak hanya bergantung dari satu dan dua hal saja, dalam hal ini, teori dan pengalaman sama-sama dibutuhkan dalam dunia pekerjaan maupun usaha, namun memang semua lebih tergantung kepada pengalaman-pengalaman yang kita lalui, kita diminta untuk lebih bisa meningkatkan keahlian atau kecakapan kita dalam setiap pekerjaan yang kita jalani.

Sedikit harapan dan masukan saya untuk para orangtua pada umumnya untuk tidak selalu memfokuskan dan bahkan memaksakan anak-anaknya untuk harus berprestasi dalam pendidikan formal yang memang sudah menjadi momok dan tradisi bahwa "anak harus pintar dan berprestasi dalam sekolah, harus ranking pertama dan jago matematika dan IPA", saya tidak mengatakan itu buruk apalagi jelek, namun tidak menjadi jaminan bahwa anak-anak yang kurang berprestasi dalam sekolah pasti tidak cakap dan tidak mampu bersaing dalam dunia pekerjaan kelak, sebagai orangtua sudah selayak dan sepantasanya untuk terus mendukung dan menyemangati anak-anaknya apapun kondisi dan kemampuan mereka, karena tidak ada anak bodoh dan buruk!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun