Bukan hanya mobil mewah tanpa prestasi yang sekedar menawarkan prestigious dalam berkendara, supremasi Mercedes-Benz tidak hanya di jalan raya. Sejak 1954 Mercedes-Benz menorehkan banyak kemenangan di panggung Balap Eropa; Formula 1, LeMans, Deutsche Tourenwagen Meisterschaft (DTM), hingga Formula-e, Formula 2 dan Indycar. Prestasi serta image menasbihkan Mercedes-Benz sebagai mobil pemenang.
Mercedes-Benz punya banyak penggemar di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tahun lalu saya sempat datang ke acara salah satu perhelatan Mercedes-Benz yang akbar di Indonesia, bernama Merc Days.
Ribuan pencinta, pemilik, kolektor dan Club berkumpul. Ratusan mobil Mercedes-Benz dari berbagai penjuru, tiap generasi hadir di acara. Tak jarang pula musisi, bintang film dan pejabat negara yang hadir dan menampilkan tunggangan kesayangannya.
Saya kagum karena Mercedes-Benz banyak sekali di Indonesia. Baik yang generasi baru  atau classic. AMG E53 4MATIC dan C 63 S yang merupakan lineup atas cukup sering hilir mudik di Jakarta. Saya sendiri pernah nyobain di event launching MICHELIN PILOT SPORT 4S di Sentul, dua tahun lalu.
Di sesi awal saya duduk di jok sebelah kiri depan, belajar dulu dari sang instruktur; the legendary Om Jimmy Lukita. Handling dan akselerasi E53 sangat impressive. Om Jimmy malah ngobrol ngalor ngidul soal Ban Michelin dengan saya. Beliau santai sekali mengemudinya.
Memasuki hairpin, E53 nge drift sedikit. Enak banget. Unforgettable. C-Class dan E-Class generasi terbaru baik sedan maupun Estate juga cukup banyak populasinya di Jakarta dan Bandung. Belum lagi GLC, GLE atau GLS dari jajaran SUV.
Namun nilai-nilai yang terkandung dari masa lalu tetap tak bisa terlupakan. Para All Time Stars itu tetap masih exist di Indonesia. Malah sekarang rasanya makin yahud saja.
Dalam kurun dua tahun terakhir setidaknya saya pernah lihat dua Pagoda (Mercedes-Benz 280 SL W113) warna maroon dan hijau tua.