Pak Ogah atau Polisi cepek kerap kita jumpai di persimpangan jalan dan tempat parkir. Istilah "Pak Ogah" maupun "Polisi cepek" adalah sebutan bagi orang yang "membantu" kelancaran lalu lintas dengan berbayar, namun tidak berafiliasi kemana pun. Pak Ogah ini ada di jalanan ataupun parkiran di Ibukota maupun daerah. Entah mengapa bisa disebut Pak Ogah.Â
Mungkin karena setelah melaksanakan tugasnya, mereka minta uang. Ini mirip seperti tokoh Pak Ogah di serial anak-anak pada tahun 1980-an yang berjudul Unyil.Â
Tokoh Pak Ogah pada serial tersebut selalu meminta seratus rupiah (bisa sebesar dua bahkan lima ribu rupiah di kala itu) jika lawan bicaranya menginginkan bantuan atau suatu informasi darinya. Quotes Pak Ogah yang terkenal, "Cepeek dulu dong". Mungkin karena itu maka sebutan lain untuk Pak Ogah masa kini adalah "Polisi Cepek".
Di beberapa area komersial pun, Pak Ogah bisa saja membantu menjaga kendaraan ataupun mengendalikan keadaan agar tetap kondusif. Contohnya buat mobil dan motor yang parkir untuk beli Kopi di Toko Kopi Tuku di Cipete.Â
Karena berlokasi di pinggir jalan utama, parkir bisa sampai mengambil sebagian jalanan. Pak Ogah yang sering juga merupakan preman sekitar sangat familiar dengan area tersebut sehingga berguna juga mengamankan.Â
Seperti yang kita tahu, bila buka usaha sedikit saja maka akan banyak pihak yang datang untuk minta jatah. Jadi kadang memang lebih baik berdamai dengan keadaan dan memaksimalkan peran para preman setempat.
Namun kehadiran para Pak Ogah di jalanan cukup merisaukan. Karena sesungguhnya tidak mematuhi ketertiban umum. Bagaimana tidak? Pak Ogah sekarang ada di U-turn atau tempat mobil berputar dan pindah lajur.Â
Contoh di U-turn depan McD Bintaro Jaya sector IX. Jelas-jelas ada rambu lalu lintas U-turn dan pihak Developer, Pemprov maupun Dishub sudah berupaya membuatkan U-turn yang baik dan memadai.Â